Bio Farma Punya Strategi Dalam Penyediaan Vaksin COVID-19

- 16 Oktober 2020, 07:00 WIB
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir (tengah) meninjau fasilitas produksi vaksin COVID-19 di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/8/2020). Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan PT Bio Farma (Persero) telah mampu memproduksi vaksin COVID-19 dengan kapasitas 100 juta vaksin. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir (tengah) meninjau fasilitas produksi vaksin COVID-19 di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/8/2020). Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan PT Bio Farma (Persero) telah mampu memproduksi vaksin COVID-19 dengan kapasitas 100 juta vaksin. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pras. /

PORTAL MAJALENGKA - PT Bio Farma melakukan transfer teknologi dan mendukung kemandirian bangsa dalam memproduksi vaksin COVID-19 sebagai strategi dalam penyediaan vaksin COVID-19 bagi masyarakat Indonesia.

"Kita punya strategi jangka pendek di mana kita melakukan transfer teknologi proses hilir dan untuk capacity building (pembangunan kapasitas) dari calon mitra kita, kita kerjasama dengan Sinovac China, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI)," kata Neni Nurainy dari Divisi Penelitian dan Pengembangan PT Bio Farma dalam dalam seminar virtual Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Harapan, Jakarta, Rabu, seperti diberitakan ANTARA.

Baca Juga: Calon Asesi Penyuluh Pemberantasan Korupsi Majalengka Gelar Sosialisasi

Sementara untuk strategi jangka menengah dan jangka panjang, maka harus ada pengembangan vaksin dari proses hulu.

Itu diperlukan untuk kesiapan Indonesia dan kemandirian pengembangan sumber daya dalam mengembangkan vaksin Merah Putih.

Pengembangan vaksin dari proses hulu itu didukung dengan dibentuknya konsorsium vaksin COVID-19 nasional.

Baca Juga: Beli Dari China, BPOM Inspeksi Mutu Vaksin COVID 19

Sementara itu, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan perlu vaksinasi, paling tidak untuk 173 juta penduduk Indonesia untuk menciptakan kekebalan populasi (herd immunity). Apalagi jika diperlukan dua kali suntikan vaksin, maka kebutuhan vaksin akan menjadi sekitar 346 juta ampul vaksin.

Itu merupakan jumlah yang banyak.

Kebutuhan vaksin tersebut tidak mungkin bisa terpenuhi dari luar sehingga perlu pengembangan vaksin secara mandiri.

Baca Juga: Pertamina Pastikan Kelancaran Penyaluran Avtur Untuk Bandara BIJB Kertajati

Eijkman mengembangkan vaksin dengan platform sub unit protein rekombinan. Antibodi yang dihasilkan setelah vaksinasi akan bekerja untuk mencegah terjadinya penempelan virus pada sel manusia, dan pelepasan materi genetik virus ke dalam sel manusia.

"Kita melihat kapasitas produksi vaksin baik dunia maupun di Indonesia seberapa besar karena kapasitas produksi di dunia pun hanya kurang lebih separuh dari jumlah penduduk dunia hanya sekitar tiga miliar vaksin untuk tujuh miliar penduduk. Nah, tentunya melihat situasi seperti ini Indonesia tidak bisa tergantung pada luar negeri," ujarnya.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x