Hal ini sesuai dengan kebijakan kontrasiklus (counter cyclical) untuk melawan perlambatan ekonomi. Artinya ketika perekonomian lesu, kata dia, belanja pemerintah menjadi dapat menjadi andalan untuk mendorong perekonomian agar dapat memutarbalikkan siklus perlambatan ekonomi.
Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Belum Cair Hingga Sekarang? Ini Kendalanya!
Edy mengatakan kebijakan untuk kontrasiklus harus terus dilakukan selama perekonomian belum sepenuhnya pulih. Di samping itu, lanjut dia, kelompok menengah-atas harus terus didorong untuk meningkatkan konsumsinya.
“Selama ini mereka diduga banyak menempatkan uangnya sebagai tabungan. Pemerintah perlu mendukung dengan menegakkan aturan tentang protokol kesehatan, karena kelompok menengah-atas hanya akan mau keluar dan berbelanja (secara fisik) jika merasa aman,” kata dia.
Sampai saat ini, ujarnya, pemerintah masih konsisten dengan penanganan dampak COVID-19 melalui berbagai aspek.
Baca Juga: Rusa Timor dan Kecombrang, Jadi Ikon Satwa dan Puspa Nasional 2020
Aspek pertama yakni kesehatan dengan mengendalikan penyebaran COVID-19, meningkatkan angka kesembuhan dan menekan angka kematian. Aspek kedua yakni perlindungan sosial dengan menjaga daya beli masyarakat, dan aspek ketiga yakni menjaga semaksimal mungkin perekonomian dan sektor keuangan agar dunia usaha tetap mampu untuk pulih.
Baca Juga: Tahun 2030 Diharapkan Sudah Tercapai Peningkatan Kualitas Air
Lebih Baik
Pada masa pandemi COVID-19 ini, kata Edy, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih baik dibanding beberapa negara lainnya.