Dengan mengutip pandangan Imam Ghazali, masyarakat rusak karena pemimpinnya; pemimpin rusak karena pemimpin agamanya diam. Dalam kitab Injil disebutkan, “tidak boleh orang buta menuntun orang buta”, artinya pemimpin akan menjadi contoh, uswah hasanah, prototype dalam bertindak, berpikir dan berbuat, berkorban di garda paling depan.
Baca Juga: Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka Hanya Berlangsung 4 Jam
Tidak ada yang tidak mungkin, akan muncul pemimpin yang holistic, accepted, dan proven. Holistic, pemimpin yang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang; tatanan masyarakat yang harmonis, menata sistem politik yang bermartabat, sistem pendidikan yang bermoral dan mencerahkan, dan sistem hukum yang berkeadilan.
Accepted, diakui kepemimpinannya dengan merangkul semua rakyatnya—baik yang memilihnya atau tidak—membangun untuk semua rakyatnya. Proven, apa yang dilakukannya relevan dan berselancar dengan kondisi kekinian dengan berpacu menjadi daerah yang berdaya saing.
Baca Juga: Ini Tahapan Pilkada Serentak tahun 2020
Pemilih Cerdas
Sehingga untuk mendapatkan pemimpin yang diidealkan bersama sesuai harapan-harapan itu. Masyarakat juga harus cerdas.
Melihat visi, misi yang akan dilakukannya dalam kampanye, serta komitmennya dalam membangun daerah.
Tidak terjabak pada sikap pragmatis, transaksional dengan jargon—bahasa Indramayu baka pengen dipilih, wani pira?—tinggalkan juga caci-maki, black campaign, serta negative campaign (kampanye negatif).