MENENGOK Pemilih di Pilkades Serentak 2023 Kabupaten Cirebon, Masihkah Mau Disuap dengan Uang?

- 15 Juni 2023, 23:32 WIB
Gambar Ilustrasi Pilkades Serentak
Gambar Ilustrasi Pilkades Serentak /

Walhasi, ia pun dibuat tersenyum dengan hasil suara yang diperolehnya, hanya mendapat berapa puluh suara saja. Dan dia tahu bahwa suara yang dimilikinya hanya berasal dari saudara ataupun rekan terdekatnya.

Tidak jauh berbeda dengan calon kepala desa yang gagal diatas. Calon kades yang kedua inipun sempat merasakan pula kotor dan panasnya persaingan pilkades.

Baca Juga: Rizdjar Pemain Asal Cirebon Bakal Tampil di Liga 1 Indonesia, Diharapkan Jadi Motivasi Pesepak Bola di Wilayah

Bermodalkan niat karena dorongan warganya, juga disertai keluarnya biaya untuk kampanye dan memberi jamuan pada tamu yang datang.

Calon kedua mencoba peruntungan di pilkades tahun 2021 kemarin. Sebenarnya ia cukup kuat untuk merebut suara pemilih, sayangnya calon kedua tidak mau bermain duit (serangan fajar) seperti yang dilakukan lawannya.

Walhasil ia pun harus kalah, meski demikian ia puas ternyata keberadaannya di masyarakat masih diakui meski gagal terpilih dan hanya di urutan kedua dari empat kandidat yang jadi peserta.

Tampak dari beberapa cerita nyata para peserta pilkades di atas, tentu kita dapat melihat betapa dominannya uang berperan di kancah perhelatan demokrasi terbawah ini.

Duit mutlak diperlukan sebagai modal kampanye atau ongkos politik. Termasuk untuk menyuap guna meraih suara atau mengurangi dukungan lawan.

Lewat serangan fajar yang menjadi istilah umum bagi-bagi uang menjelang hari pemungutan suara. Timses dari calon kepala desa akan berupaya membayar kartu suara lawannya agar dapat mengurangi dukungan.

Ataupun membayar mereka yang masih abu-abu untuk mendukung calon kepala desa yang mereka usung. Mereka akan bekerja keras untuk meraih kemenangan.

Halaman:

Editor: Muhammad Ayus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah