Saat menjelang kelahiran Sunan Gunung Jati, pada tahun 1447 M, jumlah penduduk di Cirebon baru sekitar 346 orang.297 pada sekitar tahun 1515 M, penduduk di Cirebon menurut Tome Pires mencapai 1.000 orang.
Daerah Japura yang terletak antara Cirebon-Losari terdapat 2.000 penduduk. Sedangkan Tegal berpenduduk lebih beşar lagi mencapai 4.000 orang.
Setelah berdirinya Kerajaan İslam Demak pada 1482 M, Sunan Gunung Jati semakin menggelorakan dakwah İslam di Jawa bagian barat, tepatnya di daerah Cirebon.
Saat itü Cirebon merupakan kerajaan kecil di bawah kekuasaan Kerajaan Hindu Syiwo-Budha Padjajaran yang beribukota di Pakuwan (Bogor).
Baca Juga: BELUM USAI! Indonesia U20 vs Aljazair U20 di Toulon Cup Prancis 2022
Dengan keberhasilan dakwah Sunan Gunung Jati, pada tahun 1479 M kerajaan Cirebon telah memisahkan diri dari Kerajaan Padjajaran.
Oleh karena mayoritas penduduknya yang semula beragama Hindu Syiwo-Budha secara berangsur-angsur dalam jumlah yang beşar maşuk ke dalam İslam. Sunan Gunung Jati ditetapkan sebagai Penetap Panatagama di tanah Sunda.
Selama Sunan Gunung Jati menggelorakan dakwah İslam di Cirebon, daerah-daerah yang kemudian maşuk ke dalam wilayah Kerajaan Cirebon antara lain Luragung, Kuningan, Banten, Sunda Kelapa, Galuh, Talaga, Sumedang, Pasirluhur, Losari, Japura dan sebagainya.
Sunan Gunung Jati kemudian menempatkan putranya, yaitu Pangeran Hasanudin sebagai Adipati Banten tahun 1526 M.