PORTAL MAJALENGKA- Sebagai orang Cirebon tentunya sangat bangga memiliki Sunan Gunung jati, seorang raja yang hingga saat ini menjadi teladan bagi rakyatnya.
Walaupun sudah meninggal, tapi jasa dan amalnya masih hidup hingga saat ini. Terbukti karena setiap hari tidak pernah sepi para peziarah yang dating mendoakan Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati atau dikenal Syekh Syarif Hidayatullah merupakan sultan sekaligus pemimpin agama di Cirebon. Beliau menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana.
Bukti kepemimpinannya berhasil adalah banyak peninggalannya yang hingga saat ini masih dilestarikan dan diamalkan.
Baca Juga: Sunan Gunung Jati dan Walisongo Memiliki Sejumlah Keramat, Berikut Penjelasan Ilmiahnya
Sebelumnya peradaban pembangunan di Cirebon, beliau juga meninggalkan kebaikan yang dituangkan dalam pitutur atau jawokan.
Masyarakat mengenalnya dengan ajaran Sunan Gunung Jati. Orang Cirebon wajib mengetahui wasiat leluhur yang harus diamalkan agar hidup bahagia.
Adapun ajaran yang masih dijaga dan diamalkan oleh keturunan dan Masyarakat Cirebon yaitu:
- Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin
- Sugih Bli Rerawat, Mlarat Bli Gegulat
Baca Juga: Pratama Arhan Bukan ke Lazio, Resmi Gabung Klub Liga 2 Jepang
Pertama, Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin secara harfiah arti dari wasiat tersebut ialah “Saya titip tajug (sejenis mushalla atau langgar yang dipergunakan pula buat mengaji) dan fakir miskin.”
Lewat wasiat tersebut, Sunan Gunung Jati mengajarkan kita untuk saling menjaga rumah ibadah atau tempat belajar mengaji dan sejenisnya.
Tidak heran Sunan Gunung Jati meninggalkan banyak bangunan masjid, langgar, petilasan dan tempat lainnya berkaitan dengan tajug.
Bahkan mahar Sunan Gunung Jati kepada istrinya Nyimas Pakungwati dihadiahkan Masjid Pakungwati yang saat ini bernama Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Kemudian Sunan Gunung Jati mengajarkan tentang bagaimana kita membantu masyarakat fakir dan miskin.
Poin inti dari wasiat Sunan Gunung Hati adalah keberadaan tajug dan fakir miskin senantiasa dijaga dan diperhatikan.
Kendati tidak sepopuler bila dibandingkan wasiat pertama di atas, sebagian masyarakat Cirebon juga mengenal pesan lain yang juga diyakini bersumber dari Syekh Syarif Hidayatullah.
Pesan kedua tersebut berbunyi, “Sugih bli rerawat, mlarat bli gegulat”. Artinya menjadi kaya bukan untuk pribadi, menjadi miskin bukan untuk menjadi beban bagi orang lain.
Pesan bagi masyarakat Cirebon bahwa ketika diberi rejeki lebih, berarti ada hak yang dimiliki orang lain khususnya fakir dan miskin.
Kemudian ketika belum mendapatkan rejeki yang cukup, maka tidak boleh membebani orang lain apalagi melakukan hal yang menyimpang dari norma agama.
Dua ajaran yang ditururkan turun temurun merupakan pesan Sunun Gunung Jati dan saling menguatkan. Yakni mengingatkan umat Islam supaya menghidupi tempat ibadah dan majelis menimba ilmu.
Kemudian mendorong golongan orang yang kuat dan mampu agar memiliki empati dan kepedulian kepada fakir miskin atau kelompok yang lemah dalam berbagai segi, baik lemah secara ekonomi, ilmu maupun politik.
Sementara pesan kedua secara tersirat menekankan supaya golongan lemah yang mendapatkan uluran tangan atau santunan dari orang lain, tidak menjadi bergantung selamanya pada bantuan orang lain tersebut.
Melainkan mereka nantinya juga dituntut bisa mengembangkan kehidupan yang mandiri dalam berbagai aspeknya.
Baca Juga: Lawan PSIS Semarang Berakhir 0 - 0 Posisi Persib Bandung Tak Bergerak
Banyak ajaran lainnya yang dituturkan Sunan Gunung Jati kepada masyarakat dalam berbagai bentuk, baik simbol budaya, tutur, jawokan dan lainnya. Kemudian ajaran itu membawa berkah bagi masyarakat Cirebon.
Sebagai masyarakat Cirebon, kita mesti bersyukur masih mendapatkan petunjuk dan ajaran dari leluhur yang merupakan wali Allah dan pemimpin Kesultanan Cirebon pada masanya. *