Sri Baduga Maharaja Kerajaan Sunda, sangat gembira mendengar keberhasilan puteranya. Kemudian, ia mengutus Tumenggung Jagabaya, disertai pasukan pengawalnya, untuk menobatkan puteranya.
Sang Prabu mengirimkan Pratanda (tanda keprabuan) dan Anarimakna Kacakrawartyan (tanda kekuasaan), sebagai tanda pengakuan dan pengukuhan puteranya.
Pangeran Walangsungsang, atau Ki Samadullah, atau Ki Cakrabumi, atau Pangeran Cakrabuana, dinobatkan sebagai Tumenggung dan diberi gelar Sri Mangana, oleh ayahnya, Sri Baduga Maharaja.
Cirebon semakin bertambah terkenal, setelah Walangsungsang kedatangan keponakannya Syarif Hidayatullah dari Mesir, anak adik perempuannya yang dahulu menikah saat Ibadah Haji di Mekah.
Menjelang masa sepuhnya, Walangsungsang tidak kunjung dikaruniai pewaris tahta, 8 anak yang telah dilahirkan semuanya perempuan.
Menimbang ketiadaan penerus tahta, Walangsungsang menikahkan anak kesayangannya Nyi Mas Pakungwati dengan keponakannya Syarif Hidayatullah putra dari Nyai Rata Santang yang menikah dengan Sultan Hud di Mesir.
Sebelumnya dikisahkan Rara Santang menetap di Mesir, sementata Pangeran Walangsungsang memilih kembali ke Giri Amparan Jati membantu gurunya mendakwahkan ajaran Islam di Pulau Jawa.
Meskipun berdiam di negeri orang, Rara Santang tidak pernah lupa pada tanah kelahirannya, ia bercita-cita mengislamkan ayahnya dan rakyat dari Kerajaan ayahnya, oleh karena itulah ia mempersiapkan Syarif Hidayatullah untuk membantu Uwaknya berdakwah di Cirebon.