Kisah Tragis Kematian Pangeran Brata Kelana Putra Sunan Gunung Jati

29 September 2022, 08:30 WIB
Makam Sunan Gunung Jati. Kisah Tragis Kematian Pangeran Brata Kelana Putra Sunan Gunung Jati /Firman Wijaksana/Jurnal Garut

PORTAL MAJALENGKA - Pangeran Brata Kelana atau yang memiliki nama lain Pangeran Gung Nom menurut naskah cerita purwaka Caruban Nagari beliau adalah salah satu Putra Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dari istrinya yang bernama Nyimas Lara Kahfi.

Kisah mengenai sosok Pangeran Brata Kelana sang puttra Sunan Gunung Jati ini disinggung dalam banyak naskah sejarah asal Cirebon seperti naskah Purwakarta.

Dalam beberapa naskah sejarah, dikisahkan Pangeran Brata Kelana lahir sekitar tahun 1489 masehi beliau lahir dan tumbuh kembang dengan asuhan dan didikan langsung dari ayahnya, yaitu Sunan Gunung Jati.

Baca Juga: BOBOTOH KECEWA, Lancarkan Aksi Demo Jelang Laga Persib Bandung vs Persija Jakarta

Ketika menuju masa remaja, Pangeran Brata Kelana mulai melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu, baik ilmu agama, ilmu sosial, taktik perang dan ilmu yang lainnya.

Perjalanan yang dilakukan sang pangeran dalam pengembaraannya untuk menuntut ilmu telah mendapatkan Restu sekaligus perintah dari Sunan Gunung Jati agar kelak setelah dewasa ia mampu mengemban tugas untuk membangun dan menjaga Kesultanan Cirebon dan syiar agama Islam.

Dalam pengembaraan panjang yang dilakukan Pangeran Brata Kelana, setelah banyaknya daerah yang ia datangi sampailah ia ke negeri Arab.

Baca Juga: Ukur Kecerdasanmu dengan Ikuti Link Tes Ujian IQ Viral 2022 Ini, Buruan Coba

Setelah beberapa waktu singgah di Mekkah, Pangeran Brata Kelana menyambangi kota asal dari kedua orangtuanya yaitu Baghdad.

Di Baghdad, ia disambut dengan sangat baik karena memang merupakan keturunan dari keluarga Sultan di wilayah tersebut.

Setelah beberapa lama tinggal di Baghdad, Pangeran Brata Kelana pamit setelah mendapatkan pesan dari ayahnya untuk segera pulang ke Cirebon.

Baca Juga: WOM Finance Majalengka Buka Loker untuk Lulusan SMA/Sederajat, Buruan Daftar

Singkat cerita, setibanya di Cirebon, Pangeran Brata Kelana dinikahkan dengan Putri Demak anak dari Raden Fatah yang bernama Nyimas Ratu Ulung Jawa.

Perjodohan antara Pangeran Brata Kelana dengan Putri Demak tersebut selain untuk menjalin ikatan keluarga antara Kesultanan Demak dan Cirebon, Sunan Gunung Jati dan Raden Fatah memiliki rencana untuk pangeran Brata Kelana.

Tujuannya agar kelak bisa meneruskan Tahta Kesultanan Cirebon dengan memperkuat jalinan keluarga dan kerjasama antara Kesultanan Cirebon dan Demak.

Baca Juga: PREDIKSI SKOR Head to Head Persib vs Persija, Partai Panas dan Adu Gengsi antara Luis Milla vs Thomas Doll

Pangeran Brata Kelana yang memiliki karakter pejuang yang pemberani, tegas dan bijaksana membuat ia menjadi salah satu kandidat yang dianggap mampu untuk memimpin Kesultanan Cirebon setelah kepemimpinan Sunan Gunung Jati.

Dalam berbagai catatan sejarah Cirebon, dikisahkan ketika pernikahan Pangeran Brata Kelana dengan nyimas Ratu Pulung Jawa, mas kawin atau mahar yang diajukan oleh pangeran Brata Kelana untuk Putri Demak tersebut adalah mati syahid.

Setelah menikah, Pangeran Brata Kelana tinggal bersama istrinya di Kesultanan Demak. Keberadaan Pangeran Brata Kelana di Demak sedikit banyaknya memiliki pengaruh dan memberikan sumbangsih dalam membantu jalannya pemerintahan di Kesultanan Demak.

Baca Juga: INILAH 13 Bacaan Sholawat Nabi Muhammad SAW, Tulisan Arab Latin Beserta Artinya

Sebagai seorang menantu sekaligus salah satu pejabat tinggi di Keraton Kesultanan Demak, Pangeran Brata karena begitu patuh terhadap perintah dan tugas yang diberikan oleh Raden Fatah hingga pada suatu ketika Pangeran Brata Kelana merasa gundah yang sangat dalam akibat rindu terhadap keluarganya di Cirebon.

Tidak tahu secara pasti apa yang menyebabkan kerinduannya begitu besar hingga bayangan keluarganya di Cirebon selalu melintas di pikirannya.

Dalam alam bawah sadarnya seakan-akan selalu memanggil untuk segera kembali ke tanah leluhurnya di Cirebon.

Baca Juga: BOBOTOH WAJIB TAHU! Duel Persib vs Persija Ubah Jadwal, Adu Taktik Luis Milla vs Thomas Doll

Setelah sedemikian besarnya hantaman rindu kepada keluarga. Akhirnya Pangeran Brata Kelana meminta izin kepada istri dan mertuanya untuk pulang ke Cirebon.

Setelah mendapatkan izin untuk pulang ke Cirebon, Pangeran Brata Kelana memilih perjalanan melalui jalur laut karena lebih cepat ketimbang melalui jalan darat bersama dengan beberapa pengawal pribadi dan sebagian kecil prajurit.

Pangeran Brata Kelana berangkat ke Cirebon dengan menaiki sebuah kapal. Perjalanan dari Demak pada mulanya berjalan dengan baik dan lancar hingga ketika kapal yang ditunggangi rombongan Pangeran Brata Kelana hendak memasuki perairan perbatasan Cirebon.

Baca Juga: REMKO BICENTINI Pelatih Curacao Akui Kehebatan Shin Tae-yong Serta Pratama Arhan Dkk, Namun Sayang...

Tanda diduga tiba-tiba datanglah beberapa kapal perompak yang mengejar.

Pangeran Brata Kelana yang mengetahui itu langsung memberitakan awak kapal untuk segera menghindar dari kejaran kapal para bajak laut tersebut, karena perjalanan yang dilakukan Pangeran Brata Kelana bukan untuk berperang.

Pangeran Brata Kelana memilih untuk menghindar karena senjata dan pasukan yang ada tidak bisa mengimbangi rombongan perampok tersebut.

Baca Juga: LOWONGAN KERJA: Rekrutmen Pendamping Lokal Desa (PLD), Syarat, Cara dan Link Daftarnya

Setelah kejar-kejaran kapal yang terjadi di tengah laut lepas, kapal yang ditunggangi rombongan Pangeran Brata Kelana berhasil dikepung oleh para perompak.

Beberapa kelompok dari para Bandit tersebut mulai menyerbu naik ke kapal Pangeran Brata Kelana untuk menggasak harta benda dan mengambil alih kapal.

Pada mulanya satu persatu serangan dari para perompak tersebut berhasil dipatahkan oleh para pengawal Pangeran Brata Kelana hingga banyak perompak yang tewas di tangan mereka.

Baca Juga: 8 Amalan Bulan Maulid yang Mudah DIlakukan

Mendapati banyak rekannya yang mati terbunuh, para pemimpin dari perompak pun marah dan kemudian langsung melakukan serangan secara bersamaan.

Karena jumlah perompak jauh lebih banyak dan datang melakukan serangan terus-menerus para pengawal Pangeran Brata Kelana pun kewalahan dan banyak dari mereka yang terbunuh.

Melihat banyak pengikutnya yang gugur Pangeran Brata Kelana dengan gagah berani terus berjuang melawan para perompak sekuat tenaga dengan kepiawaian dan kemampuannya dalam bertempur, Pangeran Brata Kelana mampu membunuh banyak pasukan dan beberapa Panglima dari kelompok bajak laut.

Baca Juga: Soeprapto Salah Satu Pimpinan TRIP Diberondong Peluru PKI pada 28 September 1948

Dalam pertarungan yang tidak seimbang satu persatu dari prajurit dan pengawal Brata Kelana pun gugur sehingga dua pengawal yang masih hidup mengajak Pangeran Brata Kelana untuk terjun ke laut menyelamatkan diri karena jumlah musuh sangat banyak yang tidak mungkin mampu dihadapi dengan hanya tiga orang saja.

Namun Pangeran Brata Kelana menolak saran dan ajakan tersebut. Lalu ia menyuruh kedua pengawalnya itu untuk segera menyelamatkan diri sementara itu sang pangeran tetap akan berdiri melawan serangan dari para perompak.

Dalam beberapa Babad Cirebon, dikisahkan pada saat itu Pangeran Brata Kelana sangat sulit untuk ditaklukan bahkan dengan tebasan pedang dan tusukan tombak pun tubuhnya tidak mempan untuk dilukai.

Baca Juga: WOW! Ranking FIFA Timnas Indonesia Naik Usai Kembali Kalahkan Curacao

Sampai salah satu pemimpin bajak laut yang dikenal sakti mandraguna mempunyai cara khusus untuk dapat membunuh Pangeran Brata Kelana.

Sang Pemimpin perompak tersebut turun tangan untuk menghadapi Pangeran Brata krana dengan terlebih dahulu ia membunuh anjing yang ia bawa, lalu darah anjing tersebut dioleskan ke pedangnya dengan tebasan senjata yang telah dilumuri darah anjing, tubuh Pangeran Brata Kelana kemudian jebol terluka parah dan roboh berlumuran darah hingga beliau wafat.

Dalam pertarungan tersebut, oleh para perompak jasad sang pangeran kemudian dilemparkan ke laut hingga setelah tragedi tersebut usai, jasad dari pangeran Brata Kelana berhasil ditemukan oleh nelayan di pesisir laut Mundu Cirebon.

Baca Juga: Kemenag Luncurkan Logo Hari Santri Nasional 2022, Download di Sini

Kejadian yang telah menewaskan putra dari Kesultanan Cirebon tersebut, Sunan Gunung Jati kemudian memerintahkan Panglima kepercayaannya untuk segera menumpas para gerombolan perompak yang telah membunuh putranya.

Oleh Sunan Gunung Jati jasa dari pangeran Brata Kelana kemudian dimakamkan di daerah Mundu Cirebon sebagaimana tempat tragedi tersebut terjadi dan sekaligus sebagai tempat di mana jasad sang pangeran ditemukan.

Dari kisah tragis tersebut, Pangeran Brata Kelana yang memiliki nama lain Pangeran Agung Anom kemudian dikenal juga dengan nama pangeran Sindang Lautan atau yang berarti seorang pangeran yang gugur di tengah laut.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: YouTube Bujang Gotri

Tags

Terkini

Terpopuler