Meskipun Tidak Ada Bukti Ilmiah, Tapi Beberapa Alasan Ini Cukup Logis Menyebut Majalengka Kota Angin

- 6 September 2020, 11:43 WIB
Prakirawan BMKG Kertajati, Ahmad Faa Iziyn, menunjukan alat pemantau kelembaban udara, Kamis 3 September 2020
Prakirawan BMKG Kertajati, Ahmad Faa Iziyn, menunjukan alat pemantau kelembaban udara, Kamis 3 September 2020 /Portal Majalengka/Andra Adyatama

Warga Majalengka malah menyebut ‘Angin berjenis Kelamin Laki-laki” yang suka merusak bibir.

Naro memaparkan dalam pelajaran sejarah atau geografi di sekolah sering disebut Bogor Kota Hujan, Bandung Kota Kembang, Surabaya Kota Pahlawan, Garut Kota Dodol.

Nah saat itu Majalengka belum banyak ditulis kota apa ? Malah lebih dikenal sebagai Kota Kecap atau Kota Kuli Bangunan. "Baru saat 1980an dan 1990an ramai disebut sebagai Kota Angin oleh para pendatang dan ramai ditulis oleh media massa.

Baca Juga: Emil : Kenaikan Tarif Tol Tidak Bijak

3. Tiupan Angin Terbesar Selama Bulan Agustus

Kecepatan angin di Kabupaten Majalengka akan semakin terasa ketika memasuki musim kemarau mulai dari Juni, namun periode Juli sampai Oktober, Kondisi itu sedikit banyak juga terjadi di Kabupaten Cirebon.

Prakirawan BMKG Kertajati, Ahmad Faa Iziyn menyebut, Majalengka dan Cirebon, di musim kemarau kecepatan angin bisa mencapai 30 knot atau 56 km per jam.

Untuk kecepatan normal sendiri di kisaran 15 knot.

Baca Juga: Cerita Pengusaha Sukses Asal Majalengka Menembus Bisnis di Dunia Internasional

Kecepatan angin yang terjadi di Kabupaten Majalengka, tidak terlepas dari keberadaan Gunung Ciremai yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Majalengka.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x