Pengamat Sebut Pemilu Proporsional Terbuka dan Tertutup Miliki Kelemahan

- 9 Januari 2023, 11:40 WIB
Ilustrasi kotak suara Pemilu
Ilustrasi kotak suara Pemilu /Pixabay.com/Mohamed hassan/6011 images

Ia menilai, sistem proporsional tertutup juga akan melemahkan peran partai politik, karena mesin partai hanya bekerja sendiri tanpa dukungan dari para calon legislatif.

Sementara menurut pengamat politik Universitas Brawijaya Wawan Sobari Ph.D. menyatakan bahwa sistem pemilihan umum (pemilu) terbuka dan tertutup, sama-sama memiliki sejumlah kelemahan.

Baca Juga: Adakan Pertemuan di Jakarta, 8 Partai Politik Sepakat Tolak Sistem Pemilu Proporsional Tertutup

"Jadi, kalau istilahnya kita ingin reformasi sistem pemilu, proporsional terbuka ini diubah. Proporsional terbuka ada kelemahan, kemudian diubah ke tertutup, itu sama saja. Karena sama-sama punya kelemahan," kata Wawan kepada ANTARA di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat.

Wawan menjelaskan, sistem pemilu proporsional terbuka, memiliki risiko adanya praktek jual beli suara. Hal tersebut merupakan hasil riset yang sudah dilakukan oleh banyak peneliti terkait penerapan sistem proporsional terbuka.

Selain itu, lanjutnya, penerapan sistem proporsional terbuka dinilai juga sebagai jalan pintas oleh calon legislatif untuk memperoleh suara.

Perolehan suara itu, tidak dengan kinerja atau karya politik yang memberikan kontribusi kepada masyarakat di daerah pemilihannya.

"Jalan pintas itu, dikatakan jauh lebih efektif dibanding dengan melakukan banding,  marketing politik, program yang istilahnya memperkenalkan diri kepada publik," katanya.

Sementara itu, lanjutnya, terkait dengan sistem pemilu proporsional tertutup, berisiko untuk kembali ke zaman orde baru dan adanya hegemoni partai politik.

Partai politik, akan menjadi penentu seseorang untuk berpotensi terpilih atau tidak.

Halaman:

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x