Pemuda Asal Rajagaluh Majalengka Raih Gelar Master di Al-Azhar Mesir dengan Predikat Cumlaude

- 3 November 2020, 22:05 WIB
Tangkapan layar instagram @Ahmad_Khotib Kakak Kandung Aaz Aziz Muslim
Tangkapan layar instagram @Ahmad_Khotib Kakak Kandung Aaz Aziz Muslim /Instagram/

PORTAL MAJALENGKA - Prestasi membanggakan dicatat pemuda asal Indonesia. 

Meraih gelar master dalam bidang sejarah Islam, Aaz Aziz Muslim mahasiswa asal Majalengka, Jawa Barat meraih nilai Mumtaz (Cumlaude) di Universitas Al-Azhar Mesir.

Pemuda yang berasal dari Desa Cisetu, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka itu menyelesaikan studinya dengan menulis tesis berjudul “Penyebaran Islam dan Pengaruhnya di Pulau Jawa 802-987 H/1400-1579 M”.

Baca Juga: Pemkab Majalengka, Akan Inisiasi Program Kebijakan Pariwisata Halal Berbasis Digital

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 

https://kemlu.go.id/cairo/id/news/9255/mahasiswa-indonesia-raih-gelar-master-dengan-predikat-cumlaude-di-bidang-sejarah-islam-dari-universitas-al-azhar-cairo

Sebuah kiriman dibagikan oleh Ahmad Khotib (@ahmad.khotib_) pada

Baca Juga: Kasus Stunting di Kabupaten Majalengka Turun 28,9 Persen

Tesis tersebut dengan menggunakan metode studi sejarah, metode historiografi/penulisan sejarah yang merujuk pada sumber-sumber primer dan sekunder.

Menurut kakak kandungnya, Ahmad Khotib mengatakan, Aaz diketahui sudah belajar di Mesir sejak 2010 lalu, dimulai dari jenjang S1.

Selama kurun waktu itu, alumni MAK Al Hikmah 2 Benda, Sirampog, Brebes tersebut menempuh pendidikan di Al-Azhar dalam bidang  sejarah Islam secara kontinyu.

Baca Juga: Lima Ribu Paket rendang Senilai 1,5 Miliar Jadi Cendera Mata di MTQ Nasional XXVII

"Aaz pernah pulang sekitar 1 tahun, karena sakit. Dari S1 sampai S2, langsung. Nggak ada jeda. S1 dan S2 di kampus yang sama, dengan jurusan linier,” kata dia, Selasa 3 November 2020.

Khotib  juga menjelaskan bahwa adiknya tidak pernah mendapatkan beasiswa dari pemerintah.

Justru, Aaz sering mendapatkan beasiswa dari kampusnya. Bahkan, Ia berangkat ke Mesir pun melalui seleksi yang ketat di Kedubes Mesir di Jakarta secara mandiri.

Baca Juga: Vaksin Efektif Menghentikan Penyebaran Infeksi Penyakit Menular  

"Tidak ada dukungan pemerintah mah, beasiswa langsung dari al-Azhar. Seleksi pun (seleksi S1) langsung di Kedubes Mesir,” kata dia.

Dikutip dari kemlu.go.id, Kepala Perwakilan/KUAI KBRI Cairo M Aji Surya, dan Atdikbud Bambang Suryadi turut bersyukur dan bangga atas keberhasilan Aaz meraih gelar master di bidang sejarah Islam dari Universitas Al-Azhar Mesir.

“Alhamdulillah, saya turut bersyukur dan bangga atas prestasi yang diraih oleh Aaz Aziz Muslim. Sangat sedikit mahasiswa Indonesia yang mengambil program master (S2) bidang sejarah Islam dari Universitas Al-Azhar. Keberhasilan ini merupakan kado istimewa bagi mahasiswa Indonesia di Mesir pada awal bulan November ini”, ucap M. Aji Surya seraya memberi ucapan selamat kepada Aaz Aziz Muslim yang juga aktif mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Pusat Studi Indonesia Universitas Suez Canal, Ismailia.

Baca Juga: Prof Kusnandi : Tidak Ada Hal-Hal yang Mengkhawatirkan Dari Uji Klinik Vaksin Covid 19 Fase 3

Dalam paparannya pria kelahiran Majalengka tersebut mengatakan dipilihnya Pulau Jawa sebagai lokus penelitian karena pulau Jawa sudah dikenal dan disebut dengan nama  Pulau Zabij atau Zabah .

Banyak pelancong Arab yang datang ke pulau ini, di antaranya para penulis geografi dan penulis catatan perjalanan di abad pertengahan, seperti Sulaiman Tajir (Sang Saudagar), Ibnu Batutah, Mohamed Qozweini, Ibnu Khurradadzbah, dan lain-lain.

“Pulau Zabah adalah pulau di nusantara yang paling dikenal luas diantara para penulis Arab tersebut dan mendapat porsi penulisan dan pembahasan yang banyak. Serta sudah terjadi hubungan yang intens terutama yang sifatnya perdagangan antara orang Jawa dan orang Arab”, ucap Aaz Aziz Muslim di hadapan para penguji dan tamu undangan.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Apa Yang Pertama Kamu Lihat? Nomor Dua Membawa Keberuntungan

Aaz menjalani Munaqosah dengan majelis sidang terdiri dari Prof. Dr. Mohamed Jabr Abou Sa’dah (Pembimbing Utama), Guru Besar Sejarah Islam Universitas Al-Azhar, Prof. Dr. Mohamed Mohamed Abdul Qadir Al Khateb (Pembimbing Pendamping), Guru Besar Sejarah Islam, Universitas Al-Azhar, Prof. Dr. Mahmoud As Sayed As Syirbinie (Penguji Dalam), Guru Besar Sejarah Islam, Universitas Al-Azhar, dan Prof. Dr. Abdul Fattah Abdul Aziz Ruslam (Penguji Luar), dan Guru Besar Sejarah Islam, Universitas Al-Azhar Banin Itay Al Barud.***

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah