UNESCO Sebut Minat Baca Masyarakat Indonesia Sangat Rendah, Badan Bahasa Kemendikbudristek Menyangkal

- 1 Oktober 2023, 15:00 WIB
Ilustrasi minat baca masyarakat Indonesia yang dinilai UNESCO sangat minim.
Ilustrasi minat baca masyarakat Indonesia yang dinilai UNESCO sangat minim. / Pixabay /White77

PORTAL MAJALENGKA - Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) melaporkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen atau 1 dari 1.000 orang yang gemar membaca.

Hal itu menjadi salah satu tudingan UNESCO bahwa masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang sangat rendah atau bisa dikatakan Indonesia darurat literasi.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Prof Aminudin Aziz menyangkal tudingan UNESCO tersebut.

"Darurat literasi memang, tapi sebenarnya tidak sedarurat itu. Sebetulnya tidak semuanya, karena kita punya anak sekolah di jenjang yang berbeda dan situasi yang berbeda," jelas Prof Aminudin saat ditemui usai acara Diskusi Kelompok Terumpun (DKT) dikutip dari Antara.

Baca Juga: Mengintip Balada Emperan Pustaka Indramayu, Rela Keliling Tingkatkan Minat Baca

Aminuddin juga mengatakan terkait data UNESCO memang perlu dikritisi, pasalnya tidak semua dapat diterima. Meski begitu, data tersebut dapat dijadikan pembelajaran agar masyarakat Indonesia terus meningkatkan literasi.

"Apa yang bisa dipelajari? Memperbaiki infrastruktur, sekolah, buku, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Ini tentu saling terkait, tidak bisa kita hanya sediakan perpustakaan kalau tidak ada buku yang menarik," ungkapnya.

Aminudin mengungkapkan pihaknya berusaha menghadirkan bacaan yang menarik dan sesuai dengan usia dan tahapan membaca. Salah satunya yaitu melibatkan anak secara langsung untuk menentukan buku yang menurutnya baik.

"Buku anak yang beredar selama ini adalah buku anak yang berdasarkan perspektif orang tua. Sekarang, kami kembangkan buku bacaan dengan DKT bersama para ahli dan anak secara langsung," tegasnya.

Baca Juga: UNESCO Tetapkan Jakarta Jadi Kota Sastra Dunia (City of Literature)

Prof Aminudin juga menjelaskan bahwa pemilihan anak sebagai sasaran awal pengembangan buku bacaan bertujuan agar seseorang tertarik membaca sejak dini, sehingga menjadi kebiasaan yang dilakukan hingga dewasa.

Selain itu, Kemendikbud Ristek juga melakukan pelatihan kepada utusan dari berbagai daerah untuk dapat menumbuhkan minat baca di daerahnya masing-masing.

Pelatihan tersebut melibatkan banyak pihak seperti ahli, pegiat literasi, Kepala Sekolah, guru, serta mahasiswa yang sedang mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Selaras dengan hal tersebut, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI DR Adin Bondar menjelaskan juga bahwa pihaknya turut berupaya meningkatkan infrastruktur perpustakaan dengan menghadirkan perpustakaan digital dengan 12 juta koleksi yang dapat diakses oleh masyarakat.

Baca Juga: Kemendikbud Terbitkan Aturan Seragam Baru untuk Sekolah SD sampai SMA, Simak Penjelasannya

"Kami juga mengembangkan pojok baca, serta perpustakaan keliling di desa-desa untuk dapat memperkuat akses masyarakat dalam ilmu pengetahuan," jelasnya. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah