4 Tokoh Ini Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi

- 10 November 2021, 21:57 WIB
Pemerintah Indonesia menetapkan empat Pahlawan Nasional pada Hari Pahlawan, 10 November 2021. /setkab.go.id
Pemerintah Indonesia menetapkan empat Pahlawan Nasional pada Hari Pahlawan, 10 November 2021. /setkab.go.id /

PORTAL MAJALENGKA - Hari Pahlawan merupakan momentum memeperingati jasa para pahlawan yang telah berjuang dan mengorbankan jiwa raganya untuk Negara Kesatian Republik Indonesia (NKRI).

Dilansir dari kemensos.go.id, pada 10 November 2021 bertepatan pada Hari Pahlawan 2021, Presiden Joko Widodo memberikan anugerah gelar Pahlawan Nasional kepada 4 tokoh.

Berikut perjuangan 4 tokoh yang dianugerahi Pahlawan Nasional pada 10 November 2021..

1. Raden Aria Wangsakara

Raden Aria Wangsakara lahir pada 1615 di Sumedang. Raden Aria Wangsakara dari Sumedang ke Banten, karena berbeda sikap dengan saudara-saudaranya yang memihak penjajah dari Mataram.

Baca Juga: Google Doodle Ismail Marzuki: Seniman yang Jadi Pahlawan Nasional di Indonesia

Pada 1636, Raden Aria Wangsakara diutus Sultan untuk pergi berhaji di Makkah. Wangsakara berhasil memperoleh surat pengakuan Banten oleh Syarif Makkah sebagai tangan kanan dari otoritas politik Turki Utsmani (Ottoman).

Setelah kembali ke Banten, Raden Aria Wangsakara diberi gelar Kiai Haji Mas Wasangraja. Pada tahun 1654 ketika terjadi peperangan di Batavia antara Kesultanan Banten dengan VOC, Raden Aria Wangsakara mewakili Kesultanan Banten sebagai juru runding yang menghasilkan kesepakatan penghentian perang. Daerah yang dikuasai masing-masing tetap dipertahankan.

Setelah perang selesai Raden Aria Wangsakara mengubah strategi pertahanan dengan membuat permukiman dan kanal. Sehingga dapat menjangkau daerah Tangerang pedalaman. Ia juga bertindak dalam urusan menyantuni korban perang terutama anak yatim dan janda.

Baca Juga: Google Doodle di Hari Pahlawan: Ismail Marzuki Pencipta Lagu Halo-halo Bandung, Begini Liriknya

Raden Aria Wangsakara wafat pada 15 Agustus 1681 dan dimakamkan di Lengkong Pagedangan, Tangerang atau Taman Makan Pahlawan Kabupaten Tangerang.

2. H. Usmar Ismail

H. Usmar Ismail adalah salah satu tokoh yang dilahirkan di Bukittinggi, 20 Maret 1921.

Pada tahun 1944, H. Usmar Ismail mendirikan kelompok sandiwara Maya yang membantu menyebarluaskan berita proklamasi pada masa kemerdekaan.

Baca Juga: Ketua Relawan GPP: Mba Puan Belum Naik Elektabilitasnya, Pilihan PDIP Hanya Ganjar Pranowo

Pada tahun 1950, ia mendirikan perusahaan film yang bernama N.V. Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) yang kemudian Ia juga membuat film Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi). Film ini dianggap sebagai film pertama di Indonesia. Pada hari pertama pengambilan film ini ditetapkan Hari Film Indonesia.

Pada tahun 1962, H. Usmar Ismail aktif mendirikan organisasi Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah kegiatan kebudayaan, pendidikan, dan penanaman nilai-nilai Nasionalisme kepada masyarakat.

Salah satu filmnya yang berjudul "Tamu Agung" mendapatkan penghargaan film komedi terbaik di Festival Film Asia Pasifik di Hongkong 1956.

Baca Juga: Beda OVO Dompet Digital dengan PT OVO Finance Indonesia yang Telah Dicabut Izin Usahanya

H. Umar Ismail wafat pada 2 Januari 1971 di Jakarta dan dimakamkan di Pekuburan Karet, Jakarta.

3. Tombolotutu

Tombolotutu adalah salah satu tokoh Indonesia yang lahir di Moutong Sulawesi Tengah pada tahun 1857.

Tombolotutu adalah salah satu orang yang konsisten menolak penjajahan Belanda. Ia menolak menandatangani "Long Contract". Sebuah perjanjian yang diajukan Belanda karena dinilai merugikan masyarakat.

Baca Juga: Jangan Lewatkan, 3 Lowongan Kerja Lulusan SMA di Lion Air, Cek Sekarang Syarat dan Ketentuan

Ia menjadi pemimpin perang melawan penjajahan Belanda. Walaupun berkali-kali kalah, namun ia tetap bangkit tak menyerah. Puncaknya pada perang Lobu I dan II yang terjadi pada Oktober 1899-1900.

Tombolotutu mengalami kekalahan besar karena banyak anggota yang tewas dan Kampung Lobu dibumihanguskan oleh Belanda.

Tombolotutu berhasil membebaskan diri dari pemerintahan Belanda dan menggalang bantuan pasukan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Virgo di Bulan November: Harus Perhatikan Karir dan Menjaga Hubungan

Pada akhir hayatnya Ia harus menghadapi serangan Belanda akibat jebakan yang memisahkan Tombolotutu dengan pasukannnya. Akhirnya Ia bersama anggotanya harus kalah dan gugur.

Tombolotutu wafat pada 17 Februari 1901 di Olojurit Desa Padang Kecamatan Toribulu dan dimakamkan di Toribulu, Moutong, Sulawesi Tengah.

4. Sultan Aji Muhammad Idris

Sultan Aji Muhammad Idris berasal dari Jembayan Kutai Kertanegara, Kalimatan Timur. Ia dilahirkan pada 1697.

Baca Juga: Lagu Panon Hideung Ternyata Ciptaan Ismail Marzuki Orang Betawi, Ini Chord dan Lirik Lagunya

Sultan Aji merupakan Pangeran Kutai yang terus melakukan perlawanan ketika VOC mulai menguasai kerajaan Kutai. Ia terus konsisten dengan mewujudkan visi mengusir VOC dari Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Indonesia secara keseluruhan.

Kemudian Sultan Aji berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan di wilayah Sulawesi Selatan terutama kerajaan-kerajaan Bugis seperti Wajo, Bone, dan Soppeng.

Sultan Aji Muhammad Idris telah mengembangkan persekutuan di antara berbagai kesultanan yang melingkupi wilayah Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Kapan Kartu Prakerja Gelombang 23 Dibuka? Penuhi 5 Syarat Ini Agar Lolos

Sultan Aji wafat di Belawa Sidenreng, Sulawesi Selatan pada 1739 dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Raja Wajo, Sulawesi Selatan.

Dengan perjuangan dan pengorbanan tokoh tersebut, diharapkan dapat menginspirasi generasi muda agar tetap menjadi orang yang tak mudah menyerah dalam menggapai cita-cita dan harapan.***

Editor: Husain Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah