Hari Pahlawan! Mengenal Sjafrudin Prawiranegara, Presiden ke-2 RI yang Terlupakan (Bagian 2)

- 10 November 2020, 09:00 WIB
Tugu PDRI, Gunung Omeh, Koto tinggi, Lima Puluh Kota Sumatera Barat
Tugu PDRI, Gunung Omeh, Koto tinggi, Lima Puluh Kota Sumatera Barat /

Siaran radio itu dapat ditangkap oleh stasiun radio Singapura dan juga disadap oleh radio Belanda di daerah Riau. Sejak saat itu PDRI menjadi musuh nomor satu bagi Belanda. Perjuangan mereka ternyata membuahkan hasil.

Panitia jasa-jasa baik dari PBB berkunjung ke Menumbing Bangka, mereka melihat para tahanan masih dikurung dalam tahanan terbatas 4X6 meter.

Sekembalinya dari Jakarta mereka langsung membuat laporan pendek yang dikirimkan ke markas besar PBB di New York, dalam waktu beberapa jam, laporan itu sudah diketahui dunia internasional.

Dunia pun terkejut karena Belanda memberi kesan bahwa resolusi untuk membebaskan para tahanan di Bangka itu telah dilaksanakan.

Baca Juga: Angka Kesembuhan Pasien COVID-19 di Jabar Masih di Bawah Nasional

Dr Van Roijen juru bicara Belanda untuk PBB langsung meminta maaf dan mengatakan bahwa terhadap yang bertanggung jawab akan diambil tindakan.

Setelah tidak mampu mengelak dari tekanan internasional, akhirnya Belanda memilih untuk berunding dengan utusan Soekarno-Hatta yang saat itu masih berstatus tawanan.

Akhirnya perundingan menghasilkan perjanjian Roem-Roijen pada 7 Mei 1949 yang berbunyi: Tentara bersenjata Indonesia harus menghentikan kegiatan gerilya, Pemerintah Republik Indonesia turut serta dalam konferensi Meja Bundar, Kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta, Tentara bersenjata Belanda harus menghentikan operasi militer sert melakukan pembebasan semua tahanan politik, Kedaulatan Republik Indonesia akan diserahkan secara utuh tanpa adanya syarat, Menyetujui adanya Republik Indonesia yang bagian dari Negara Indonesia Serikat, Belanda memberika hak, kekuasaan, serta kewajiban kepada pihak Indonesia.

Baca Juga: Pemekaran 3 DOB Baru di Jawa Barat Akan Disampaikan ke Pusat

Namun, perundingan Roem- Roijen itu pada akhirnya banyak menuai penolakan dari para tokoh-tokoh politik maupun militer. Kemarahan itu juga muncul dari pimpinan PDRI dan Panglima Besar Jenderal Soedirman yang dalam keadaan sakit memimpin perang gerilya.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x