4 Kakaknya Hilang Dibawa PKI, 1 Adiknya dibunuh, Masykur Pasrah Kepada Allah SWT

26 September 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi pemberontakan G 30 S PKI tahun 1965 /tangkapan layar dari youtube Hipotesa /

PORTAL MAJALENGKA - Peristiwa besar dan memilukan yang dilakukan PKI terhadap Bangsa Indonesia terjadi di tahun 1948 dan 1965.

Kekejaman PKI di tahun 1948 ini terjadi kepada masyarakat umum secara luas, sedangkan tragedi G30S/PKI 1965 menyasar para elite militer yang dikenal dengan Pahlawan Revolusi.

Meskipun sebenarnya tidak hanya elite militer yang menjadi korban, namun masyarakat umum pun ada yang menjadi korban kekejaman PKI di tahun 1965.

Baca Juga: Cuitan Konsumen Komplain ke Es Teh Indonesia Dibalas Somasi, Trending di Twitter

Tak kalah kejam perlakuan PKI pada September 1948 di Madiun dan sekitarnya. Mereka menyasar orang-orang yang menghalangi tercapainya tujuan PKI.

Dilansir dari buku Kisah Nyata, Sejarah Banjir Darah para Kyai, Santri, dan Penjaga NKRI oleh Aksi-aksi PKI (2015:89), Masykur kehilangan 5 saudaranya karena diculik PKI.

Masykur kini merupakan seorang Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammadiyah, Tempurejo di Mantingan, Ngawi.

Baca Juga: Fakta Lain Laga Timnas Indonesia vs Curacao pada FIFA Matchday, Shin Tae-yong Teror Elkan Baggott

Diceritakan saat itu, Masykur baru memasuki usia 10 tahun, dia lahir di Ponorogo dan merupakan anak ke 7 dari 8 bersaudara.

Malam hari segerombolan orang menggeledah rumah tempat di mana ia tinggal, karena masih kecil, ia hanya menguntit saja di belakang orang-orang tersebut.

Setelah sekitar 1 jam lamanya, barulah mereka menemukan apa yang dimaksud, yakni sebuah granat tangan milik Abdul Majid.

Baca Juga: MPDS-Makesta IPNU IPPNU Sukses Digelar, Kepsek SMK Sahida: Semoga Lahir Penggerak Bangsa Berpaham Aswaja

Abdul Majid merupakan kakak tertua dari Masykur dan merupakan tentara Hizbullah. Ia sebetulnya mendapatkan granat tersebut dari kakak keduanya yang merupakan tentara Republik yakni Muhamad Sajat.

Setelah dewasa, Masykur baru mengerti, bahwa orang-orang yang menggeledah rumah tersebut adalah orang-orang PKI.

Setelah senjata ditemukan, Abdul Majid kemudian diarak menuju rumah seorang Lurah di desa Grogol, kecamatan Sawo, Ponorogo.

Baca Juga: Mbah Ngompak, Seorang Kyai yang Baik Hati Korban Kekejaman PKI di Ngawi

Peristiwa ini terjadi beberapa bulan sebelum meletusnya tragedi di Madiun pada September 1948, hingga akhirnya Abdul Majid tak kunjung pulang sampai beberapa bulan lamanya.

Setelah 3 bulan terdengar kabar bahwa Abdul Majid dibawa ke kecamatan Jetis, Ponorogo dan ditahan dengan beberapa tokoh Islam lainnya.

Karena tersiar kabar PKI melakukan banyak pembunuhan di wilayah Madiun dan sekitarnya, pasukan Siliwangi pun menyerbu.

Baca Juga: KH Said Aqil Siradj Beberkan Alasan Pesantren Masih Jadi Pilihan Belajar Ilmu Agama, Karena Dua Modal Ini

Kemudian PKI membawa lari Abdul Majid ke Selaung, Sebuah kecamatan yang mengarah ke kabupaten Pacitan.

Namun karena dibawa itulah, Abdul Majid tak terdengar kabarnya hingga 1 tahun penuh.

Dikemudian hari setelah keluarga tidak mendapatkan kabar dari Abdul Majid, Muhamad Sajat, adiknya yakni Rohmat, dan Kakak sepupu Masykur bernama Muhammad Arifin dibujuk seseorang tak dikenal.

Baca Juga: Kisah Abu Nawas Lebih Sedih Ditinggal Mati Keledainya daripada Istrinya, Begini Alasannya

Dalam bujukannya mengatakan bahwa ia akan menunjukan dan menjenguk Abdul Majid yang merupakan kakak tertua mereka.

Namun ternyata sampai bertahun-tahun mereka bertiga pun tak kunjung pulang, hingga tersiar kabar pada 1950 bahwa mereka bertiga dibunuh PKI di perkebunan tembakau di daerah Balong dan dimasukan ke dalam sumur.

Karena keterbatasan informasi dan teknologi saat itu, kedua orang tua Masykur pun pasrah kepada Allah atas hilangnya ke 4 saudara Masykur.

Baca Juga: Rapor Timnas Indonesia saat Mengalahkan Curacao pada FIFA Matchday

Hingga pada tahun 1966, pasca peristiwa G30S/PKI, seorang adik bungsu Masykur yakni Zainuri dituduh mengadu domba aparat kecamatan Kendal dan Jogorogo.

Kejadian bermula saat Zainuri, lurah Kendal, dan Modin ingin membantu aparat kecamatan Kendal mengamankan daerahnya.

Namun tidak memperoleh tanggapan, hingga Zainuri dan kawan-kawan mengadu kepada aparat kecamatan Jogorogo.

Baca Juga: Rataan Skuad Timnas Indonesia Semakin Muda Usai STY Orbitkan Pemain 19 Tahun Berikut

Ternyata tindakan itu memicu amarah aparat Kecamatan Kendal hingga Zainuri beserta kawan-kawan dituduh mengadu domba, lalu akhirnya ditangkap saat mengajar dan dibunuh.

Pembunuhan ini diyakini oleh pihak korban sebagai ulah dari PKI yang menyusup karena memiliki kemiripan dalam eksekusinya.

Kini Masykur pun pasrah kepada Allah SWT, dan hanya bisa mendoakan ke 5 saudaranya.

Baca Juga: Masih Bisa Diakses Berikut Link Tes Ujian IQ Paling Akurat, Cari Tahu Seberapa Cerdasnya Kamu

Itulah kisah 5 saudara Masykur yang mengalami kejadian tragis dan terjadi dalam waktu yang berbeda-beda.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Kisah Nyata, Sejarah Banjir Darah para Kyai, Santri, dan Penjaga NKRI oleh Aksi-aksi PKI (2015)

Tags

Terkini

Terpopuler