PORTAL MAJALENGKA - Sunan Kalijaga tumbuh sebagai remaja yang sangat nakal, kenakalannya yang kelewatan membuat sang ayah murka dan mengusirnya dari Istana.
Namun ketika beranjak semakin dewasa ia akhirnya menjadi murid dari Sunan Gunung Jati hingga melakukan dakwah Islam di Tanah Jawa.
Dilansir Portal Majalengka dari buku sejarah Atlas Walisongo karya Agus Sunyoto, tentang kenakalan Sunan Kalijaga atau Raden Syahid.
Suka berjudi, minum minuman keras, mencuri dan kenakalan lainnya, itulah gambaran Sunan Kalijaga muda.
Sunan Kalijaga yang begitu sangat nakal membuat orang tuanya menjadi murka karena merasa malu dengan kelakuan putranya.
Dengan diusir Sunan Kalijaga dari kerajaan tidak membuatnya jadi jera, tidak menjadi baik, malah semakin nakal dengan menjadi perampok yang membuat kerusuhan di Hutan Jatisari.
Sunan Kalijaga membuat semua orang ketakutan. Semua kenakalan yang dilakukan Sunan Kalijaga di masa mudanya tercatat dalam Serat Walisana.
Baca Juga: Kemenag Ajukan Biaya Operasional Haji, Begini Hitungannya
Serat Walisana dalam langgam Asmaradana pupuh XIX, menuturkan masa muda Sunan Kalijaga yang menggunakan nama Raden Sahid dengan kenakalan-kenakalannya itu, sebagai berikut:
Kang dadya sirah mengkoni/ pan tumenggung wilatikta/ adabe putra sawiyos/ raden sahid namanira/ ingkang sampun kasura/ andugalira kalangkung/karena madat ngabotohan//
keplek kecek dadu-posing/ karam nyebrot ngabotohan/ tinundung ing sudarma/dadya tan suda pamursalipun/ mandar sangsaya andadra//
dadya wana jatisari/ tuntrim tan ana wong ngambah/ pan samya jrih sadayane/sikaranira rahadyan/ amateni dedalan//
Baca Juga: Jika Dijumpai Ciri Khas Ini pada Kaki Bertanda Kematian Akan Datang, Gus Baha: Segera Bertaubat
Dengan kenakalan yang tidak lazim, yang berlanjut menjadi perampok yang tidak segan membunuh orang, Raden Sahid dikenal dengan sebutan Loka Jaya.
Namun, atas dakwah Sunan Bonang, yang saat dirampok mampu menunjukkan kesaktian mengubah buah aren menjadi emas,
Raden Sahid bertobat dan berusaha keras menjadi manusia agung yang mulia, yang bahkan akhirnya menjadi salah seorang anggota Wali Songo.
Gelar Loka Jaya sendiri bermakna ‘penguasa wilayah’ karena kata Loka (tempat, wilayah, daerah) dan Jaya (menang, menguasai).
Dari satu sisi nama Loka Jaya, dapat ditafsirkan memiliki kaitan dengan simbol-simbol tantrisme.
Hal ini dikarenakan sebutan Loka Jaya bermakna dengan Wisesa Dharani (penguasa bumi), Cakrabumi (pemimpin lingkaran cakra), Cakrabuwana yang lazim digunakan oleh pengamal ajaran Bhairawa Tantra.
Jika asumsi itu benar, maka sebutan Loka Jaya sangat relevan berhubungan dengan Kalijaga, yakni nama salah satu dari tiga ksetra utama di pesisir utara Jawa, yaitu
1. Kalitangi (di Gresik, Jawa Timur),
2. Kaliwungu (di Kendal, Jawa Tengah),
3. Kalijaga (di Cirebon, Jawa Barat)
Baca Juga: UPDATE KASUS SUBANG: Kronologi Pembunuhan Ibu dan Anak Disampaikan ke Presiden Jokowi dan Kapolri
Dan ketiga-tiganya memiliki makna ‘Dewi Kali (Sang Bumi) bangun’.
Itu berarti, kisah di balik nama Loka Jaya dan Kalijaga lebih masuk akal dikaitkan dengan cerita perjalanan Sunan Kalijaga saat mengikuti Syaikh Siti Jenar.
Perjalanan Sunan Kalijaga yang mengikuti Syekh Siti Jenar ke berbagai tempat di Jawa.
Hali ini dilakukan dalam rangka membuat “tawar” kekuatan ksetra-ksetra angker yang menjadi tempat upacara para pemuja Dewi Kali Sang Bumi.
Baca Juga: TRI TANGTU SUNDA BUANA, Arti Garis Lurus Pada Kuku Keturunan Sunan Gunung Jati dan Prabu Siliwangi
Selain nama Loka Jaya dan Raden Sahid, Sunan Kalijaga pada awalnya juga disebut dengan nama Syaikh Melaya.
Dalam serat Walisana menjelaskan bagaimana nama Syaikh Melaya yang digunakan Sunan Kalijaga.
Dari beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga akhirnya menjadi murid Sunan Gunung Jati.
Baca Juga: Keturunan Prabu Siliwangi Jadi Syarat Utama Pengangkatan Bupati, Politik Belanda di Tanah Pajajaran
Sunan Kalijaga pun ikut menyebarkan agama Islam di Cirebon membantu menyiarkan agama Islam. Wallahu'alam bishowab.***
Disclaimer: Sejarah memiliki versi yang berbeda, dan Kami hanya menuliskan berdasarkan sumber sejarah yang ada.