Implementasikan Pembelajaran Etnosains di SD, Dosen Pendidikan Biologi UNMA Sosialisasikan 'Brem' Majalengka

- 5 Maret 2023, 08:56 WIB
Tim peneliti dari dosen Pendidikan Biologi Universitas Majalengka yang terdiri dari Vitta Yaumul Hikmawati, M.Pd, Aden Arif Gaffar, M.Pd, M.Kurnia Sugandi, M.Pd dan Iim Halimatul Mu’minah, M.Pd berusaha mengkaji dan mensosialisasikan potensi kuliner lokal "Brem" yang mulai langka ini.
Tim peneliti dari dosen Pendidikan Biologi Universitas Majalengka yang terdiri dari Vitta Yaumul Hikmawati, M.Pd, Aden Arif Gaffar, M.Pd, M.Kurnia Sugandi, M.Pd dan Iim Halimatul Mu’minah, M.Pd berusaha mengkaji dan mensosialisasikan potensi kuliner lokal "Brem" yang mulai langka ini. /Pikiran Rakyat/Portal Majalengka/Dudu Suhandi Saputra

Dede merupakan pembuat brem di Dusun Rajakepok Desa Bantrangsana Kecamatan Panyingkiran. Sejak kecil pria kurus ini belajar membuat brem dari sang ayah. 

Desa Bantrangsana dulunya dikenal sebagai desa pembuat brem. Namun, peminat brem semakin berkurang. Di desa tersebut hanya menyisakan dua perajin brem.

Satu di antaranya Dede. "Sekarang banyak yang beralih membuat rengginang," ujarnya.

Baca Juga: Proses Mengolah Air Sumur untuk Akuarium Ikan Hias Channa atau Lainnya,  Aman dan Terbukti

Proses Pembuatan Brem

Brem tidak sulit dibuat. Cara pembuatannya sangat mirip dengan tape. “Bahan utamanya beras ketan," katanya.

Setiap hari Dede bisa menghabiskan 10 kilogram beras ketan. Beras ketan itu terlebih dahulu ditapi dan dicuci bersih.

Beras kemudian dikukus dan didinginkan dan dicuci kembali. Beras ketan kemudian ditiriskan sampai benar-benar kering. "Lalu dikukus lagi untuk kedua kalinya," katanya.

Setelah tanak, beras didinginkan lagi sekitar 4 sampai 5 jam. "Baru diberi ragi," katanya.

Baca Juga: Perlu Kamu Ketahui, Berikut manfaat Buah Jambu Kristal bagi Kesehatan dan Kecantikan

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x