Pasar Mester Jatinegara, Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 5)

- 23 Mei 2022, 11:30 WIB
Belakang Rumah Groeneveld (Rumah Tandjoeng- Timur) di Meester Cornelis di Batavia. Foto diambil tahun 1930. / Dok. https://commons.wikimedia.org/
Belakang Rumah Groeneveld (Rumah Tandjoeng- Timur) di Meester Cornelis di Batavia. Foto diambil tahun 1930. / Dok. https://commons.wikimedia.org/ /

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan masih di sekitar Jatinegara.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur pulau Jawa.

Menurut tokoh masyarakat setempat, Opung M Ghani, yang juga salah satu dari empat penjaga bangunan yang berdiri sejak pertengahan abad ke-17 tersebut.

 Baca Juga: Babad Alas Jatinegara, Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 4)

Ghani mengaku sudah 20 tahun menjadi petugas keamanan gedung yang kini berstatus cagar budaya tersebut.

"Dari rumah itu, Meester sering keluar rumah dengan menggunakan sepeda untuk ke pasar, ataupun mengecek perkebunannya,” kata Ghani dikutip dari Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan.

Gedung itü juga menjadi salah satu pusat kegiatan birokrasi. Sebagai tuan tanah, Cornelis secara otomatis menguasai semua perkebunan di wilayahnya. Gelar demang juga menyertai nama depannya. Cornelis adalah pemilik otoritas urusan pajak dari pribumi.

Pajak dan hasil perkebunan diberikan kepada VOC di pusat pemerintahannya di Kota Intan. Jika ditarik lurus ke arah barat, jarak Kota Intan tak lebih dari 20 kilometer dari Jatinegara.

Baca Juga: Jatinegara Hingga Meester Cornelis, Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 3)

Bekas rumah Meester Cornelis kini masih berdiri kokoh di Jalan Bekasi Timur Raya, Jakarta Timur persis 50 meter dari seberang depan Stasiun Jatinegara.

Awalnya, gedung ini sempat terbengkalai setelah tak lagi digunakan sebagai markas Kodim 0505 hingga 2005. Renovasi dilakukan atas usulan dinas pariwisata Provinsi DKI Jakarta.

Sebuah peninggalan besar yang hampir lepas dari ingatan masyarakat setempat. Tak ada yang mengenal sejatinya apa gedung ini. Warga setempat lebih mengenal nama bangunan ini sebagai gedung "kodim lama".

Mengitari area halaman bangunan ini, bayangan terlintas tentang keperkasaan Sang Meester saat mengelola Jatinegara hingga abad ke-18. Ada tiga bangunan dengan bentuk memanjang di bangunan yang sempat menjadi gudang persenjataan Jepang pada 1942 ini.

Baca Juga: Dari Banten Lama ke Kota Serang , Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 2)

Bangunan utama lebih besar dibandingkan dua bangunan yang dibangun di Sisi kirinya. Arsitektur Belanda ditandai dengan delapan Pilar besar yang dibuat rangkap mengelilingi teras bangunan utama.

Konon, di dalam gedung dengan daun Pintu dan jendela setinggi tiga meter inilah Cornelis menggali jalur bawah tanah yang mampu menghubungkan gedung tersebut dengan Kali Ciliwung di daerah Matraman.

Tak banyak barang peninggalan yang tersisa. Kata Ghani, perabotan dan peninggalan Meester telah dimuseumkan di Museum Kota Tua.

"Kadang ada penampakan noni Belanda saat berjaga malam di bangunan ini," kata Ghani menambahkan.

Baca Juga: Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 1)

Menurut dia, gedung ini memang dikenal penuh cerita mistis dari warga sekitar. Penampakan noni Belanda, kadang tanpa kepala. Ini diyakininya mengingat peristiwa pembantaian yang dilakukan Jepang saat berusaha merebut Jatinegara.

Pasar Mester

Pasar Mester berlokasi di Jalan Matraman. Namun, pasar ini tembus ke samping gedung Kantor Pos Jatinegara di Jalan Raya Jatinegara, Jakarta Timur.

Sejak diresmikan pada 1940, Pasar Mester yang dulu bernama Meester Passer hanya diperbolehkan beroperasi setiap Kamis. Ini yang membuat Pasar Mester juga dikenal sebagai Pasar Kamis.

Pasar dengan nama hari-hari lainnya, kini masih menyisakan cerita di balik keberadaan Oost Passer alias Pasar Minggu (Jakarta Selatan), dan Vincke Passer atau Pasar Senen (Jakarta Pusat), dan Pasar Rebo yang sekarang menjadi Pasar Induk Kramat Jati.

Baca Juga: Keajaiban di Gunung Jati, Dua Pohon yang Akarnya Menyambung Jadi Satu

Pasar Mester kini dikenal sebagai pusat grosir terbesar di Jakarta Timur. Pamornya tak kalah saing dengan Pasar Tanah Abang ataupun Pasar Asemka di daerah Kota.

Pasar yang telah direnovasi sedikitnya tiga kali ini, masih menjadi salah satu alternatif tepat bagi pemburu barang murah dan suvenir pernikahan. Dulunya, Pasar Mester hanya menjual bahan pokok serta hewan seperti ayam, kambing, dan beberapa hewan ternak lainnya.

"Kalau dibandingkan cerita orang dulu tentang Pasar Mester, tentu sangat sudah jauh berbeda," kata pengelola Pasar Mester dari PD Pasar Jaya, Bersimen.

Baca Juga: Makam Istri Prabu Siliwangi di Kebun Raya Bogor, Ratu Galuh Kerap Datang dengan Balutan Pakaian Kebaya

Pasar Mester lama sendiri tetap terlihat sisa keasliannya dari kios-kios yang merupakan bangunan peninggalan Belanda.

Kios-kios tua itu berada di sekeliling gedung pasar bertingkat empat lantai tersebut.

Saat ini, di Pasar Mester setidaknya terdapat total 3000 kios yang menjual aneka barang dari bahan tekstil, pakaian jadi, pecah belah, emas, alat-alat tulis, barang elektronik, hingga buah-buahan.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah