Prajurit Mataram Siapkan Logistik Penyerbuan dan Menjadi Asal-usul Desa Cikasarung Majalengka

16 November 2022, 22:36 WIB
Ilustrasi. Prajurit Mataram Siapkan Logistik Penyerbuan dan Menjadi Asal-usul Desa Cikasarung Majalengka /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati/

PORTAL MAJALENGKA - Asal-usul Desa Cikasarung, Majalengka erat kaitannya dengan kerajaan Mataram Islam.

Pasalnya Majalengka merupakan daerah lintasan prajurit Mataram dalam penyerbuan ke Batavia.

Terkait asal-usul desa Cikasarung dengan adanya prajurit Mataram ditandai oleh keberadaan makam petilasan prajurit-prajurit itu.

Baca Juga: MISTERI RAJA KERA, Asal-usul Plangon Cirebon Berikut Keanehannya

Dilansir dari Jurnal Diglosia tentang Cerita Rakyat Majalengka (2021:17), sebelum Mataram Islam menyerang Batavia, Sultan Agung sudah membuat strategi.

Batavia yang dikuasai VOC berencana membuat loji-loji untuk melancarkan perdagangan sampai ke wilayah timur Jawa.

Hal itu membuat Sultan Agung tidak senang karena akan menghambat misinya dalam menyebarkan Islam serta usaha politiknya.

Baca Juga: Jarang Diketahui! Inilah Rahasia Besar Gus Dur Dengan Mbah Maimun

Sehingga Mataram Islam akan menyerang ke Batavia untuk menaklukan VOC agar tidak jadi mendirikan loji-loji.

Persiapan yang matang pun tentu harus dipikirkan oleh Sultan Agung. Oleh karena itu diutuslah para prajurit Mataram ke berbagai daerah.

Salah satunya adalah wilayah Majalengka. Tepatnya di daerah yang kini disebut Cikasarung.

Baca Juga: Tes Usia Mental, Berapa Jumlah Anjing yang Ditemukan pada Gambar Ini

Ada 5 prajurit Mataram yang datang ke sebuah babakan atau pedukuhan kecil dan hanya terdiri beberapa rumah saja beserta satu orang sesepuh.

Saat tiba di sana, 5 orang prajurit yang memiliki keahlian dalam bercocok tanam itu disambut hangat oleh warga di babakan tersebut.

Lantas setelah mengobrol hingga larut dan warga satu persatu mulai pulang, maka sesepuh itu lanjut bertanya tentang maksud tujuan mereka datang ke babakan/pedukuhan itu.

Baca Juga: Seberapa Peka Kamu terhadap Pasanganmu? Coba Link Tes Ujian Kepekaan Google Form Ini

Sebab sesepuh tersebut sudah curiga dari awal karena ada yang berbeda dari logat bicara, pakaian, sikap, bentuk badan, sampai peralatan yang dibawa.

Singkat cerita, 5 prajurit itu mengutarakan maksudnya yakni ingin membuka lahan pertanian sebagai persiapan logistik dalam penyerangan Mataram ke Batavia nanti.

Sesepuh itu pun memahami bahkan mendukung penyerangan itu dengan memberikan lahan di sebelah timur babakan.

Baca Juga: Satpol PP Ini Ciut Ketika Keramat Gus Dur Usir Dirinya yang Hendak Angkut Gerobak Ketoprak

Pimpinan prajurit berkata, "Wong-wong ning kene pancen welas asih, pancen babakan asih (orang-orang di sini penuh rasa welas asih, ini memang Babakan asih)" sambil mengangguk-anggukan kepala."

Maka sejak saat itu salah satu blok di Desa Cikasarung disebut Babakan Asih. Lalu 5 prajurit itu disebut oleh sesepuh sebagai Balaganjar yakni Balad dan Ganjar yang memiliki arti teman atau orang yang diberi anugerah.

Mereka berlima mendirikan tempat tinggal sehingga salah satu blok di Desa Cikasarung disebut Blok Balaganjar.

Baca Juga: Satpol PP Ini Ciut Ketika Keramat Gus Dur Usir Dirinya yang Hendak Angkut Gerobak Ketoprak

Wilayah Balaganjar yang penuh ilalang diubah oleh 5 prajurit tersebut menjadi pesawahan yang subur dan saling bahu membahu dengan orang-orang Babakan Asih.

Padi yang dihasilkan melimpah ruah sejak kedatangan prajurit Mataram ini. Sehingga dapat disimpan untuk logistik dan sebagian dijual.

Setelah berselang lama, tersiar kabar bahwa VOC mengetahui siasat Mataram. Sehingga mereka menyisir setiap wilayah yang dicurigai menyembunyikan para pasukan Mataram.

Baca Juga: BSU Tahap 8 Cair November 2022, Simak Syarat Penerima yang Mendapatkannya

Sebelum sampai di pedukuhan yang kini disebut Cikasarung, sesepuh telah memberikan kabar kepada 5 prajurit itu.

Prajurit-prajurit itu memutuskan untuk berpura-pura pamit dari Baleganjar untuk menutupi keberadaan mereka.

Sebetulnya mereka akan mencari lahan baru dengan berpencar dan sedikit jauh dari penduduk.

Baca Juga: PELAJARI CONTOH SOAL TES TULIS CAT PPK dan PPS untuk Pemilu 2024

Hanya sesepuh yang tahu tentang rencana tersebut. Sampai suatu ketika mereka mendapatkan lahan secara terpisah, namun masih kesulitan air.

Dalam kesulitan tersebut, mereka berupaya mencari. Hingga akhirnya menemukan mata air yang cukup untuk mengairi lahan.

Sebelum membuat irigasi, mereka menelusuri aliran mata air yang membentuk sungai hingga menemukan keanehan.

Baca Juga: Asal-usul Ikan Dewa, Benarkah Prajurit Pajajaran yang Dikutuk oleh Prabu Siliwangi, Simak Kisahnya!

Keanehannya adalah sungai itu berbelok tidak mengikuti aliran sungai pada umumnya. Jika yang lain ke barat, sungai ini malah ke utara dan berbelok lagi ke timur.

Prajurit merasa heran dengan jalur air ini hingga sesepuh yang mengantar dan prajurit berkata "heran, cai kasarung (heran, airnya kesasar)."

Sampai saat ini tempat air yang berbelok tidak semestinya itu menjadi kelurahan Cikasarung di wilayah Kabupaten Majalengka.

Baca Juga: Cek Bansos.kemensos.go.id BLT BBM tahap 2 Cair, Ada Bantuan Senilai Rp300.000

Desa Cikasarung termasuk Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka, berbatasan dengan Kecamatan Dawuan.

Petilasan dengan bentuk makam kini masih diabadikan di Desa Cikasarung sebagai penghormatan kepada prajurit-prajurit Mataram itu.

Itulah sekilas tentang asal-usual Desa Cikasarung di Kabupaten Majalengka yang berkaitan dengan kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta.***

Sumber: Jurnal Diglosia "Cerita Rakyat Majalengka" Vol.5, Universitas Majalengka.

Editor: Husain Ali

Sumber: Jurnal Diglosia "Cerita Rakyat Majalengka" Vol.5, Unma

Tags

Terkini

Terpopuler