Nabi Khidir Temui Habib Ahmad Tempel di Masjid Agung Jogjakarta, Tulis Azimat Wali di Kertas

16 Juli 2022, 09:33 WIB
Nabi Khidir Temui Habib Ahmad Tempel di Masjid Agung Jogjakarta, Tulis Azimat Wali di Kertas /facebook/udin/

PORTAL MAJALENGKA - Kisah Wali Allah Habib Ahmad Tempel ditemui Nabi Khidir di Masjid Agung Jogjakarta.

Namanya adalah Habib Ahmad Bafaqih Tempel Sleman Yogyakarta adalah seorang waliyullah.

Maqom yang didapati Habib Ahmad Tempel Itu semua dikarenakan kesucian hatinya, kesabaran dan akhlaknya.

Baca Juga: Keramat Rajanya Para Wali: Kejujuran Syekh Abdul Qodir Al Jaelani Bikin Kawanan Perampok Insyaf

Meski tidak sekolah, Habib Ahmad Tempel dianugerahi Allah SWT berupa Futuhal ‘Arifiin, kasyaf dan ilmu ladunni.

Habib Ahmad Tempel pernah menuturkan kepada Abuya Habib Ahmad bin Husein Assegaf Bangil tentang asal mula kewaliannya.

Kisah ini diceritakan ketika Abuya berkunjung ke rumah beliau, seperti dikutip dari Bangkit TV.

Baca Juga: Curhat Penuh Harap Mbah Moen kepada Murid Kesayangan sebelum Wafat

“Yaa Habib, siapakah guru anda?” tanya Habib Ahmad bin Husein.

“Guruku Rasulullah Saw dan Nabi Khidhir As,” jawab Habib Ahmad Bafaqih.

Hal tersebut menandakan bahwa beliau adalah seorang majdzub yang mendapat kewaliyan tanpa bersuluk.

Baca Juga: Kesaktian Habib Empang Bogor saat Leher Diikat Rantai di Penjara, Wali Sakti dari Tanah Sunda

“Bagaimana asal muasalnya Habib bisa 'sampai' kepada Allah SWT?” tanya Habib Ahmad bin Husein  kemudian.

“Karena kamu yang bertanya maka aku akan menjawabnya. Kalau bukan kamu, aku tidak akan cerita.

Dulunya aku orang miskin, ayahku wafat dengan meninggalkan saudari-saudari perempuan yang banyak. Aku ini orang cacat yang tidak bisa bekerja,"

“Pada suatu hari saudari-saudariku merasa kelaparan, di rumah tidak ada makanan sama sekali. Mereka meminta kepadaku untuk mencarikan makanan.

Aku berpikir dari mana aku mendapatkan makanan? Mau usaha apa? Wong jalan saja aku harus tertatih-tatih sambil berpegangan tembok. Badanku cacat," katanya.

"Terpaksa aku keluar rumah mencari makanan.Tidak ada orang yang kasihan kepadaku. Jangankan memberi sesuatu, menjawab salamku saja mereka enggan.

Karena melihat diriku yang seperti ini. Aku terus berjalan dan berjalan sampai capek".

“Aku istirahat dan duduk-duduk di Masjid Agung Jogjakarta sampai malam. Karena waktu sudah malam, penjaga Masjid itu menyuruh aku keluar dari Masjid.

Kalau tidak, ia akan mengunciku dari luar. Tapi aku tidak mau keluar, akhirnya aku dikunci di dalam Masjid sendirian,"

“Aku menangis dan menangis di dalam Masjid. Aku sudah putus asa dari manusia. Di tengah larut malam, aku bermunajat kepada Allah SWT:

"Tidak ada Manusia yang mau kepadaku, siapa lagi yang mau memungut diriku, selain Engkau yaa Allah. Aku mengeluh Kepada-Mu, aku Berpasrah diri Pada-Mu," Habib berdoa.

"Di tengah aku Bermunajat, aku mendengar suara Salam: “Assalamu ‘Alaikum".

“Wa ‘alaikumussalaam” jawabku. “Anda siapa?" tanyaku kepada seseorang yang tiba-tiba muncul dihadapanku.

“Aku Kakekmu Muhammad Rasulullah SAW,“ Jawab orang itu.

Baginda Rasulullah Saw berkata kepadaku: "Innaa Fatahnaa Laka Fathan Mubiinaa".

”Nanti akan datang orang yang mengajar kamu."

Tidak lama kemudian muncul Nabi Khidhir memberi kabar bahwa mulai besok rezekiku akan datang ke rumah dan orang-orang akan datang kerumahku.

“Di pagi harinya aku pulang ke rumah dan saudari-saudariku masih kelaparan.Tak lama kemudian datanglah orang membawa makanan ke rumah,"

Sedangkan Nabi Khidir telah mengajari aku menulis Azimat di sebuah kertas.

Semenjak saat itu rumah Habib Ahmad Bafaqih tidak pernah sepi dari tamu.

Masyarakat umum, para pejabat sampai wali dari Mekah seperti Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki turut berkunjung ke sana.

Namun kewaliyan dan kekeramatan itu beliau dapatkan setelah mengalami bermacam penderitaan.

Diantara kalam yang disampaikan Habib Ahmad Bafaqih:

"Bahwa aku hanya mencari teman, (yakni) orang yang bersyukur. Dan tidak mau berteman dengan orang yang pusang (Gelisah/kecewa dalam hal Duniawi), karena orang pusang itu bukan hamba Allah, tapi hamba Iblis".

Habib Ahmad Bafaqih Tempel sebenarnya wafat pada bulan Sya'ban. Sedangkan haul Ahad terakhir bulan Syawwal adalah haul Ayahandanya, yakni Habib Ali bin Ahmad Bafaqih.

Karena haul Ahad terakhir bulan Syawwal sudah berlangsung sejak zaman Habib Ahmad Tempel hidup, maka waktu haul ini tetap dipertahankan di Kemusuh, Yogjakarta.

Inilah Ijazah Shalawat Habib Ahmad Bafaqih :

"Jika kita ada hajat khusus, hendaklah membaca Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammadin Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad."

Dibaca sebanyak 124.000 kali dan bisa dicicil maksimal dalam jangka 40 hari.

Demikian Kisah Kewalian Habib Ahmad Tempel Yogyakarta yang langsung dibimbing Rasulullah dan Nabi Khidir. Wallahu Alam Bishowab.***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Bangkit TV

Tags

Terkini

Terpopuler