Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, Perlawanan Ki Jatira Terhadap Penjajah Belanda

- 4 April 2024, 04:32 WIB
Kawasan Ponsok Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon yang dulu dirintis oleh Ki Jatira.
Kawasan Ponsok Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon yang dulu dirintis oleh Ki Jatira. /Tangkapan Layar Youtube Jona Vlog

PORTAL MAJALENGKA - Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon merupakan salah satu pondok pesantren tertua di tanah Jawa.

Memiliki sejarah yang cukup panjang dengan berdirinya Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon ini.

Berikut ini sejarah singkat berdirinya Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon diambil dari berbagai sumber.

Baca Juga: LENGKAP Kupas Puasa 6 Hari di Bulan Syawal, Dalil Keutamaan, Hukum, Tata Cara dan Bacaan Niat

Babakan Merupakan sebuah pedukuhan kecil yang terletak di bagian barat daya Kabupaten Cirebon. 

Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin didirikan oleh Ki Jatira pada tahun 1715 M. Ia merupakan seorang Kiai yang memiliki darah Mataram.

Ki Jatira memiliki nama asli Syekh Hasanuddin bin Abdul Latif dari Kajen Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon. 

Baca Juga: Doa Malam Lailatul Qadar, Baca Ini Agar Segala Dosa Diampuni

Syekh Hasanuddin adalah seorang pengembara yang selalu menyebarkan Islam di wilayah yang disinggahinya salah satunya yaitu di pedukuhan Babakan. 

Di wilayah ini, syekh Hasanuddin membuat mushola kecil yang digunakan untuk untuk mengajarkan tentang agama Islam. 

Julukan Ki Jatira sendiri disematkan oleh murid-murid Syekh Hasanuddin, hal ini karena kebiasaan sang kiai yang setiap kali beristirahat di bawah dua pohon jati ketika sedang membangun mushola. 

Julukan Ki Jatira sendiri mengandung arti Ki berarti Kiai, Jati berarti pohon jati dan ra berarti loro atau dua.

Bukan tanpa sebab saat Ki Jatira memilih Babakan sebagai tempat di mana dirinya membangun padepokan atau pesantren.

Dipilihnya wilayah Babakan untuk dikembangkan menjadi wilayah pesantren, dikarenakan sosok Ki Jatira yang sangat dekat dengan masyarakat miskin. 

Kondisi Babakan yang memiliki lahan yang cukup kering dan sulit untuk dikembangkan dalam sektor pertaniannya.

Hal ini membuat Ki Jatira tertantang untuk mengembangkan wilayah ini sebagai pusat pendidikan Islam dan menjaga masyarakat untuk lepas dari pengaruh kekuasaan Belanda.

Pada thaun 1718 penjajah Belanda melakukan penyerangan terhadap padepokan Ki Jatira yang berada di Pedukuhan Babakan. 

Walaupun serangan tersebut sempat mendapatkan perlawanan sengit dari para santri dan masyarakat, namun Belanda akhirnya memenangi peperangan tersebut dan berhasil menghancurkan Padepokan Ki Jatira.

Pada tahun 1721, Ki Jatira kembali ke pedukuhan Babakan untuk kembali melanjutkan perjuangannya dalam mengembangkan Islam. 

Kedatangan Ki Jatira disambut gembira oleh seluruh masyarakat. Bentuk keseriusannya dalam mengembangkan Islam di pedukuhan Babakan, diwujudkan dengan membangun kembali Pesantren Babakan pada tahun 1722 yang berjarak sekitar 400 M dari tempat yang pertama.

Perjuangan yang dilakukan oleh Ki Jatira untuk membangun pesantren kembali mendapatkan cobaan dari Belanda. 

Mendengar ketenaran nama Ki Jatira yang berhasil kembali membangun sebuah pondok pesantren dan mengajarkan ilmu agama serta kanuragan. 

Hal ini membuat Belanda kembali memilki inisiatif untuk menyerang dan menghancurkan pesantren yang baru kembali dibangun oleh Ki Jatira tersebut. 

Pada tahun 1751, Belanda kembali menyerang padepokan yang sudah dibangun oleh Ki Jatira. 

Namun, sebelum Belanda melakukan penyerangan, Ki Jatira beserta keluarga dan santrinya, sudah terlebih dahulu mengetahui info tersebut.

Ki Jatira dan seluruh santrinya berhasil menyelamatkan diri dengan mengungsi ke Desa Kajen Kecamatan Plumbon Cirebon. 

Melihat kondisi pesantren yang sudah kosong dan tak berpenghuni, belanda akhirnya membakar seluruh bangunan pesantren hingga mengalami kerusakan yang cukup parah.

Pada tahun 1753 Ki Jatira mengalami sakit yang cukup serius ditambah dengan umur yang sudah sangat Uzur. 

Ki Jatira akhirnya wafat pada tahun yang sama dalam pengungsiannya dari kejaran Belanda. Jenazahnya dimakamkan di tanah kelahirannya, di Desa Kajen Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon. 

Sebelum wafat, Ki Jatira menyampaikan wasiat kepada menantunya yaitu Kiai Nawawi untuk kembali ke Babakan guna melanjutkan perjuangan yang telah dilakukannya.

Sepeninggal Ki Jatira, Pesantren Babakan dipegang oleh menantunya yaitu KH. Nawawi dan putera KH. Nawawi yaitu KH. Adzra’I. 

Kemudian secara estafet dilanjutkan oleh para penerusnya yaitu KH. Syarqowi menantu KH. Adzro’I mulai tahun 1225 H (1810 M). 

Setelah itu dilanjutkan oleh KH. Ismail putera dari KH. Adzro’I, lalu oleh KH. Muhammad Glembo bin KH. Irsyad cucu KH. Adzro’i. 

Pada tahun 1335 H (1916 M) Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin dipimpin oleh KH. Amin Sepuh bin KH. Irsyad yang dibantu oleh saudara iparnya yaitu KH. Sanusi mulai tahun 1341 (1922 M).

Itulah sedikit sejarah tentang berdirinya Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, yang saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Semoga bermanfaat.***

 

Editor: Rahman Prayitno Sodikin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah