Barulah dikumandangkan azan kedua yang dilakukan hanya oleh seorang muazin. Setelah itu barulah khatib naik mimbar untuk melakukan khutbah.
Dalam banyak riwayat yang dituturkan, Azan Pitu berhubungan erat dengan tokoh bernama Menjangan Wulung.
Menjangan Wulung menolak syiar Islam oleh Sunan Gunung Jati di daerah Cirebon dan sekitarnya.
Baca Juga: Wah di Majalengka Ada 5 Karya Seni Unik Mendunia, Apa Saja?
Azan Pitu merupakan gagasan istri Sunan Gunung Jati, Nyimas Pakung Wati yang merupakan putri Pangeran Cakrabuana.
Dikutip dari Antara, DKM Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada 2019, Moh Ismail mengatakan Azan Pitu adalah siasat Nyimas Pakung Wati.
Untuk menghadapi teror yang dilakukan Menjangan Wulung, Nyimas Pakung Wati mengatasi yang membuat geger rakyat.
Diceritakan, tokoh Menjangan Wulung tidak suka masyarakat berbondong-bondong mendatangi Masjid Sang Cipta Rasa untuk beribadah.
Masjid yang diperkaya dengan ornamen berasal dari keyakinan lama menyebabkan masyarakat tertarik mendatangi Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Keingintahuan masyarakat kian tergelitik ketika mendengar suara azan dikumandangkan dari masjid.