Kisah Kiai Amin Sepuh dari Ciwaringin Cirebon yang Kebal Senjata Saat Melawan Penjajah

- 29 September 2022, 10:45 WIB
Kisah Kiai Amin Sepuh dari Ciwaringin Cirebon yang Kebal Senjata Saat Melawan Penjajah
Kisah Kiai Amin Sepuh dari Ciwaringin Cirebon yang Kebal Senjata Saat Melawan Penjajah /

PORTAL MAJALENGKA – Kisah para kiai dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia mewarnai sejarah panjang bangsa Indonesia.

Bukan hanya ikut berjuang, namun kisah para kiai ini mampu membuat orang tercengang.

Para kiai di Indonesia yang dikenal dengan para wali Allah memiliki keistimewaan tersendiri saat menghadapi penjajah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: BACA Isi Pesan Surat Khalifah Harun Al Rasyid untuk Guru Putra-Putranya, Cermin dalam Mendidik

Seperti kisah yang dialami kiai Amin Sepuh dari Ciwaringin Cirebon.

Kiai Amin atau yang lebih dikenal dengan nama kiai Amin sepuh lahir pada tahun 1879 masehi di mejan Plumbon Cirebon Jawa Barat.

Semasa kecil kiai Amin belajar ilmu agama serta ilmu-ilmu kebatinan kepada ayahnya yaitu kyai Irsyad.

Baca Juga: Kisah Tragis Kematian Pangeran Brata Kelana Putra Sunan Gunung Jati

Kemudian setelah dirasa cukup menguasai dasar-dasar ilmu agama dan ilmu kanuragan dari sang ayah, beliau dipindahkan ke pesantren Sukasari Plered-Cirebon dibawah asuhan Kiai Nasuha.

Setelah dari Plered beliau lalu pindah ke sebuah pesantren di daerah Jatisari di bawah bimbingan Kiai Hasan.

Pengembaraan kiai Amin Sepuh di berbagai pesantren, membuat dirinya memiliki banyak ilmu pengetahuan.

Baca Juga: BAKAL BANYAK GOL di Laga Persib vs Persija, ini Prediksi Bung Binder, Adu Taktik Luis Milla vs Thomas Doll

Hal itu terlihat saat kiai Amin mesantren di Tebuireng, belum lama di Tebuireng, kiai Amin disuruh untuk mencari ilmu di Makkah.

Di Makkah, kiai Amin Sepuh memperdalam ilmu agama pada salah satu ulama Makkah bernama Kiai Mahfudz Termas, seorang ulama ternama asal Pacitan Jawa Timur.

Selain di Makkah, kiai Amin Sepuh juga diperintah oleh sang ayah untuk menimba ilmu kepada kiai Ismail bin Nawawi di pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Maka setelah selesai menimba ilmu di Mekkah beliau kembali ke tanah air untuk belajar di pesantren Babakan Ciwaringin.

Saat belajar di pesantren Babakan Ciwaringin, beliau diberikan mandat untuk menggantikan kiai Ismail sebagauli pengasuh pesantren setelah kiai Ismail wafat pada tahun 1916.

Selain menguasai ilmu agama, kiai Amin juga dikenal sebagai kiai yang ahli ilmu kanuragan dan karomah yang luar biasa. Kesaktian kia Amin sepuh tertuang dalam perjuangan 10 November 1945 di Surabaya.

Diceritakan dalam sebuah majelis atau rapat yang digelar oleh para ulama dan pejuang di Surabaya dalam mempersiapkan perlawanan terhadap pasukan Inggris yang akan merebut kembali kemerdekaan Indonesia, salah satu peserta majelis yaitu Kiai Haji Abdul Mujib Ridwan mengajukan sebuah pertanyaan kepada seluruh anggota.

Beliau bertanya kenapa perlawanan rakyat Surabaya menghadapi pasukan Inggris belum juga dimulai. Padahal saat ini tentara dan rakyat sudah sangat siap untuk melakukan pertempuran. Melihat tidak ada satupun hadirin yang dapat menjawab, akhirnya pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Kiai Mujib.

Kiai Mujib mengatakan bahwa kita sedang restu dan izin dari Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari. Beliau yang merupakan salah satu pimpinan dan tokoh utama perlawanan rakyat pada saat itu.

Di lain tempat, alasan kenapa kiai Hasyim Asy’ari tidak kunjung memberikan izin, ternyata sedang menunggu ulama dari Cirebon yang akan menjaga langit Surabaya dari serangan musuh. Beliau adalah Kiai Abbas Abdul Jamil dari Pesantren Buntet dan kiai Amin Sepuh dari pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.

Kedua ulama dari Cirebon itu menjadi salah satu kekuatan utama dan menjadi kunci akan meletusnya perlawanan rakyat terhadap pasukan Inggris yang terjadi di Surabaya pada 10 November 1945.

Sebagai seorang ulama, kiai Amin yang legendaris dari Cirebon juga dikenal sebagai seorang pendekar yang menguasai berbagai ilmu kanuragan.

Beliau juga seorang yang jago dalam peperangan sehingga pada saat mendengar Inggris akan mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1948 dengan misi mengembalikan Indonesia ke Belanda, maka Kiai Amin menggelar rapat bersama para Kiai di wilayah Plered Cirebon yang melibatkan Kiai Abbas Abdul Djamil buntet.

Pertemuan itu ditindaklanjuti dengan pengiriman anggota Laskar dari Cirebon ke Surabaya untuk menghadang 6000 pasukan tentara Inggris. Dalam pasukan laskar tersebut, kiai Amin Sepuh juga ikut serta dalam rombongan.

Kepahlawanan kiai Amin beserta Kiai Abbas Abdul Jamil dalam peristiwa 10 November memang cukup melegenda sampai sekarang.

Bahkan saat itu ada Stasiun Radio yang menyiarkan bahwa kiai Amin adalah seorang yang sakti yang tidak mempan senjata maupun peluru saat bertempur di Surabaya dan juga beliau dikabarkan tetap berdiri tangguh dan tidak mati meskipun dilempari bom sebanyak delapan kali.

Kiai Amin menorehkan sejarah yang begitu besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia meski nama dan jasa beliau mungkin tidak banyak dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia.

Jasa dan perjuangan beliau semoga menjadi pembelajaran untuk kita semua agar tetap menjaga dan mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia.***

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: YouTube Bujang Gotri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah