"Karena tuanku sangat memperhatikan rakyatnya," jawab sastrawan tersebut.
"Kamu pembohong! Prajurit! masukkan dia ke dalam penjara besok dia harus dihukum mati," ujar sang Gubernur
Begitulah seterusnya, apabila dijawab adil ataupun dzalim sang Gubernur tetap memberikan hukuman mati.
Kemudian beberapa sastrawan yang belum tertangkap mendatangi rumah Abu Nawas untuk meminta tolong akan hal tersebut.
"Tolonglah kami Abu Nawas, beberapa kawan kita dijatuhi hukuman mati," kata mereka penuh khawatir.
"Kenapa Gubernur melakukan hal itu? Bagaimana ceritanya?," tanya Abu Nawas heran.
"Kami sendiri tidak tahu Abu Nawas, tanpa sebab, Gubernur yang baru itu menangkapi para sastrawan di kota kita, lalu mereka ditanya satu persatu 'Apakah dia Gubernur yang adil atau dzalim' bila jawabannya dzalim akan dihukum mati, bila jawabannya adil juga tetap akan dihukum mati," kata mereka menjelaskan.
"Pasti Gubernur sakit, dia sudah tidak waras," ucap Abu Nawas.
"Itulah kenapa kita ke sini Abu Nawas, kita mendatangimu agar kau menyelamatkan kawan-kawan kita. Sebab rencananya besok kawan-kawan kita akan dihukum mati," tutur mereka.
"Baiklah, aku akan ke istana Gubernur sekarang juga, kalian pulanglah," ucap Abu Nawas.