PORTAL MAJALENGKA - Suatu ketika di masa penjajahan Jepang, Kyai As’ad beserta para pejuang yang lain hendak mengusir tentara Jepang di daerah Garahan.
Dengan adanya beberapa kali pertemuan secara internal, maka disepakati akan mengadakan pertemuan antara Barisan Pelopor dengan pihak Jepang.
Hari perundingan pun tiba, ribuan anggota Pelopor dengan pedang terhunus tampak siap mematahkan tentara Jepang jika tidak mau hengkang dari Garahan.
Dengan teriakan merdeka dan kumandang Takbir Allahu akbar, mereka menyambut kedatangan Kyai As’ad bersama rekannya Soerjadi, Kyai Dhofir, dan Kyai Munir.
Baca Juga: Keramat Wali Allah, Kisah Kyai As’ad dan Pendaratan Helikopter Presiden Soeharto
Sekitar pukul 08.00 WIB, dimulailah perundingan antara pihak Jepang dan masyarakat Besuki. Dari pihak masyarakat yang pertama angkat bicara adalah Soerjadi.
Seperti sudah diduga sebelumnya, bahwa Soerjadi meminta agar tentara Jepang segera meninggalkan Garahan.
Namun pihak Jepang tetap bersikukuh mempertahankan posisinya, kemudian Kyai Munir angkat bicara dan hasilnya tetap sama.
Tentara Jepang tetap tidak mau mengubah pendiriannya. Sebagai wakil rakyat, keempat tokoh itu merasa mulai dilecehkan.