Baca Juga: Karomah Wali Allah, Kisah Pertemuan Seorang Wanita dengan Kyai As'ad di Tahun 2011
Segera Kyai Dhofir tampil menggantikan Kyai Munir, namun yang terjadi tentara Jepang malah berkoar akan menembak jika masih dipaksa hengkang dari Garahan.
Khawatir misi pengusiran gagal, Kyai As’ad kemudian mencoba angkat bicara. Disinilah terjadi perdebatan sengit antara Kyai As’ad dan pihak Jepang.
Pihak Jepang ngotot bertahan karena mengaku panglimanya sudah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Soekarno.
“Saya tidak tahu Panglima, Saya juga tidak tahu Soekarno, Negeri ini milik Bangsa Indonesia, bukan milik Jepang dan bukan milik Soekarno. Kamu semua harus segera meninggalkan Negeri ini,” sentak Kyai As’ad sambil menggebrak meja.
Baca Juga: Gus Baha Sebut Waktu Paling Utama untuk Berdoa, Apa Pun yang Jadi Hajat Mudah Terkabul
Ini memang sungguh di luar dugaan, gertakan Kyai As'ad saat itu ternyata cukup ampuh. Beberapa wakil Jepang yang berunding kala itu langsung gemetar dan bersedia menandatangani persetujuan pemulangan tentara Jepang hari itu juga.
Setelah penandatanganan pemulangan, Barisan Pelopor melucuti senjata tentara Jepang. Sesudah itu mereka diangkut ke Tutul, yaitu sebuah tempat berhentinya kereta api di wilayah Jember.
Dari Tutul mereka diangkut dengan kereta api menuju Surabaya, semua persenjataan dan gudang amunisi dikuasai Barisan Pelopor, termasuk gudang logistik.