Melalui berbagai tulisan Gus Dur, citra yang menyelimuti kaum sarungan tersebut mulai dipatahkan.
Gus Dur telah memperkenalkan mutiara-mutiara terpendam di pesantren, para kyai dengan corak pemikiran dan kelebihannya masing-masing.
Tulisannya sangat cerdas, cermat, menggelitik dan padat. Kelak, ketika menjadi presiden, Gus Dur tetap mempertahankan jiwa kesantriannya.
Itu sebabnya, Gus Dur enjoy saja mengundang para sahabatnya (tentu yang sudah jadi kyai) itu untuk datang ke istana negara.
Karena jiwa santri Gus Dur yang sangat melekat bersama dengan kesederhanaannya yang tampak "ndeso" ini.
Baca Juga: AMALKAN WIRID dari Sunan Kalijaga Ini Disertai Usaha Lahir, Insya Allah Anda Kaya
Seorang rohaniawan Katolik yang juga cendekia Sekolah Tinggi Filsafat (STF), Romo Prof. Franz Magnis Suseno sempat heran dan bingung melihat tumpukan kardus mi instan.
Gundukkan kardus tersebut tampak terlihat jelas yang ditempatkan di sebelah ruang makan Istana Negara yang berada di pojokan ruangan.
Romo Franz Magnis Suseno akhirnya tidak mampu menahan rasa penasarannya yang membabi buta dalam pikirannya. Romo pun bertanya ke salah seorang staf kepresidenan.