Mengenal Islam di Cirebon Warisan Sunan Gunung Jati, Begini Ajarannya

- 4 Agustus 2022, 14:43 WIB
Mengenal Islam di Cirebon Warisan Sunan Gunung Jati, Begini Ajarannya
Mengenal Islam di Cirebon Warisan Sunan Gunung Jati, Begini Ajarannya /YouTube Penerus Para Wali

PORTAL MAJALENGKA – Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw memiliki sejarah panjang, terlebih saat Islam menyebar ke semua penjuru dunia.

Setiap wilayah memiliki sejarah masuknya Islam dan corak nilai ajaran Islam dalam daerah tersebut. Seperti yang diwariskan Sunan Gunung Jati.

Sunan Gunung Jati dalam catatan sejarah dicatat sebagai orang yang membawa Islam ke tanah Cirebon.

Baca Juga: Terbongkar! Inilah Sosok Orang yang Menyebarkan Islam di Cirebon Sebelum Sunan Gunung Jati

Di bawah kepemimpinan Sunan Gunung Jati, Islam di Cirebon berkembang begitu luas bahkan Sunan Gunung Jati mampu mendirikan kerajaan Cirebon.

Selain sebagai ulama Sunan Gunung Jati juga sebagai pemerintah, sehingga corak Islam yang ada di Cirebon pasti dipengaruhi Sunan Gunung Jati secara penuh, karena memiliki peran penting sebagai pemerintah dan ulama.

Untuk memahami lebih dalam tentang motif penyebaran dan perkembangan Islam di Cirebon, maka kita perlu mengeksplorasi an mengidentifikasi corak keislaman yang ada di tanah air.

Baca Juga: Karomah Wali Allah, Kisah Pertemuan Seorang Wanita dengan Kyai As'ad di Tahun 2011

Masyarakat Islam di Indonesia berkembang pesat pada bad ke-13 sampai ke-18. Pada kurun waktu itu, menurut -imuh,95 Islam tengah memasuki abad Sufisme.

Ajarannya banyak didominasi gelora perasaan, intuisi, dan imajinasi, serta nemalingkan pikiran manusia ke arah ilmu gaib yang irasional, murni, dan ekstrim.

Abad sufisme yang ditandai dengan munculnya berbagai macam tarekat merupakan sumber paling subur bagi kepercayaan erba mitos (khurafat) dan berbagai bid’ah.

Baca Juga: Karomah Wali Allah, Kyai As'ad Situbondo Melihat Ka'bah dari Lubang Masjid

Dalam penilaian Simuh, abad ini merupakan kemunduran alam pikiran Islam.

Ajaran tasawuf tidak bisa menjadi lingkungan yang kondusif untuk melahirkan pemikiran ilmiah dan mental mujtahid.9% Begitu juga, secara metodis sufisme mengembangkan doktrin ang menimbulkan masalah gawat bagi Islam.

Doktrinnya dalam hal spiritual bertujuan memasukkan kefanaan manusia dalam kualitas-kualitas ketuhanan. Berdasarkan latar di atas, tentunya Islam yang disiarkan di Cirebon tak lepas dari corak keislaman sufisme.

Selian itu, Sunan Gunung Jati tidak bisa dilepaskan dari atmosfir tersebut. Ia tidak sekadar penyebar Islam yang mengikuti dan menghayati Islam sufistik, melainkan melangkah lebih inovaIslam

Sunan Gunung Jati juga berjasa mendaratkan Islam sufisme dalam format seni dan kesusastraan suluk, yang kemudian menguatkan tingkat penerimaan Islam pada masyarakat Cirebon.

Sunan Gunung Jati menjadikan Keraton Cirebon sebagai pusat pemerintahan, sekaligus pusat pengembangan suluk.

Dalam buku sejarah Banten Rante-Rante, Sunan Gunung Jati diduga mempunyai hubungan erat dengan tarekat dari Makkah dan Madinah. Dalam konteks ini, Sunan Gunung Jati belajar di Makkah kepada Najmuddin Al-Kubrâ, dan kemudian selama 20 atau 22 tahun belajar di Madinah kepada Ibn ‘Athailläh Al-Iskandari Al-Syadzili. Kemudian di sana ia dibaiat dalam tarekat Syadzaliyah, Syattariyah, dan Naqsyabandiyah.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Buku Ziarah Makam Sunan Gunung Jati di Mata Orang Kristen


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x