Kisah Para Wali Allah: Seorang Pengemis Tua Mendidik Kewalian Gus Miek

- 2 Agustus 2022, 22:00 WIB
Ilustrasi pengemis tua misterius yang ditemui Gus Miek dan memberikan pesan yang bermakna.
Ilustrasi pengemis tua misterius yang ditemui Gus Miek dan memberikan pesan yang bermakna. /Pexels/Jimmy Chan

 

PORTAL MAJALENGKA - KH Hamim Thohari Djazuli, akrab disapa Gus Miek merupakan salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pejuang Islam yang masyhur di tanah Jawa.

Gus Miek adalah kyai yang disebut banyak orang adalah seorang wali Allah dengan penampilan nyentrik unik dan dakwah di tempat yang sangat mengena, seperti di lokasi pelacuran dan kemaksiatan, walaupun tetap mengasuh majelis taklimnya.

Namun demikian, banyak kisah tentang keistimewaan dan keramat Gus Miek yang disaksikan banyak orang.

Dia juga menuntut ilmu di berbagai pesantren di Nusantara. Berkat ketakdziman dan kebaikannya kepada gurunya yang membawanya pada kealiman.

Baca Juga: Kisah Para Wali: Jenazah Nyai Lilik Istri Gus Miek Beraroma Sangat Harum, Tim Rescue Ambulans Keheranan

Suatu pagi di Kota Kediri Gus Miek beserta Miftah berjalan-jalan dengan menaiki sepeda. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Gus Miek mengajak berhenti

“Miftah kamu nanti ikut bersalaman dengan orang itu,” katanya sambil menunjuk seorang pengemis yang sedang meminta-minta.

Keduanya lalu menunggu setelah ada orang yang memberi, pengemis itu berdiri dan beranjak pergi. Gus Miek kemudian mengucapkan salam, pengemis itu pun membalas.

“Loh kok kamu Gus,” kata pengemis itu. “Iya Mbah,” sahut Gus Miek. “Di sana loh Gus ada warung murah, tetapi masih ada yang lebih murah lagi,” kata pengemis itu.

“Iya Mbah, hanya itu saja Mbah?,” tanya Gus Miek. “Iya Gus,” jawab pengemis itu sambil berlalu.

Baca Juga: Kisah Gus Miek Dibuat Bingung Oleh Sandal Nabi Khidir yang Tertinggal di Magelang

Setelah pengemis itu pergi Gus Miek berkata kepada Miftah. “Miftah orang itu adalah orang yang terbalik,” ujar Gus Miek.

“Terbalik bagaimana Gus,” tanya Miftah keheranan. “Maksudnya kelak di akhiratnya dia tidak seperti itu. Dia kalau tidur seenaknya sendiri, di emperan toko juga sudah biasa. Kiai Mahrus Ali mencari orang itu dalam dua tahun tidak ketemu kalau aku sering sekali bertemu dengan dia,” kata Gus Miek.

“Kok menunjukkan warung murah Gus,” tanya Miftah lagi. “Ya itu tadi mencemooh aku, maksudnya aku dilarang takabur tapi aku kan masih muda, tidak bisa kalau tidak takabur. Sedangkan dia sudah tua pasti bisa untuk tidak takabur,” jawab Gus Miek.

Akhirnya Gus Miek menyadari dan beliau terapkan dalam kehidapnnya. Beliau juga pernah berpesan kepada Amar Mujib santri Ploso Kediri yang sering mengikutinya.

Baca Juga: Kisah Syekh Abdul Qodir Jaelani Tolak Dijemput Tamu dari Langit yang Membawa Buraq

“Jangan sekali-kali kamu su’udzon atau buruk sangka dengan siapa saja. Apabila ada orang yang meminta sumbangan anggaplah dia bagian dari orang Saleh minassolihin (Bila ada pengemis minta-minta anggaplah ia bagian dari orang arif dan bijaksana (min al-arifin),” pesan Gus Miek.

“Bila ada seorang kyai yang meminta sumbangan anggaplah dia bagian dari orang-orang yang berpengetahuan sangat luas (min al alimin), kalau sudah begitu mintalah doa restu,” sambung Gus Miek.

Itulah, kisah seorang pengemis mendidik kewalian Gus Miek. Semoga bermanfaat. Waallahua'lam bisshawab. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: YouTube KKW


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah