Hal ini berdasarkan beberapa alasan berikut. Pertama, para wali pada umumnya atau bahkan kesemuanya berasal dari wilayah Timur Tengah dan Persia, yang menyebar-luaskan agama Islam di Pulau Jawa dan Nusantara.
Kedua, hubungan asal-usul dari Timur Tengah dan Persia ini lebih dikuatkan lagi dengan sistem kekerabatan di antara Walisanga melalui jalur pernikahan di lingkungan mereka dan keluarganya.
Ketiga, nama Said atau Sahid sebagai nama asli Sunan Kalijaga, dan nama-nama walisongo yang lainnya, berasal dari bahasa Arab juga menunjukkan asal-usulnya dari Timur Tengah, meskipun setelah di Jawa namanya sering dikaitken dengan lokalitasnya.
Namun, Sunan Kalijaga menjadi satu-satunya Wali yang memiliki penampilan mirip dengan masyarakat lokal bahkan ia disebut sebagai Kejawen oleh sebagian masyarakat.
Begitu cintanya kepada kearifan lokal, ia mendakwahkan Islam melalui budaya, seni dan adat istiadat yang ada di desa.
Jika dihitung berdasarkan eksistensi kerajaan-kerajaan abad pertengahan di Pulau Jawa, masa hidup Sunan Kalijaga mengalami empat masa kerajaan di Pulau Jawa; akhir Kerajaan Majapahit, Kerajaan Islam Demak, Kerajaan Islam Pajang, dan (awal) Kerajaan Mataram Islam.
Masa hidupnya yang panjang tersebut dapat dibagi dalam beberapa tahapan masa berikut; masa kecil dan masa remaja, masa dewasa (mencari ilmu), masa menyiarkan agama Islam dan berdakwah, dan masa akhir hayatnya.
Masa kecil Raden Said (Sahid) tidak banyak diceritakan, kecuali ia hidup bersama keluarganya di Tuban, Jawa Timur.