Dalam hatinya, santri khodam Mbah Kholil Bangkalan itu berkata, "Wah, ini adalah doa kesukaan saya," gumamnya dalam hati.
Dikethui, akeket adalah bahasa Madura yang berarti berkelahi. Santri khodam segera menghafalkan doa yang hanya beberapa kalimat itu.
Pada suatu hari, santri khodam itu sedang terlibat perselisihan dengan santri lain yang kebetulan menjadi ketua pengurus pondok pesantren.
Santri khodam Mbah Kholil Bangkalan yang tubuhnya kerempeng biasanya selalu mengalah. Akan tetapi kali ini dia mengeyel tidak mau mengalah, ia malah menantang ketua pengurus pondok yang tubuhnya lebih besar dan kekar.
Baca Juga: SANGHYANG NAGA Terbang Antarkan Surat Wasiat Sunan Gunung Jati Menjelang Wafat sang Wali
Beberapa saat santri khodam Mbah Kholil Bangkalan itu komat-kamit membaca mantra doa akeket yang sudah dihafalnya sambil menyingsingkan lengan bajunya.
"Maju kamu!," tantang ketua pengurus sambil mengenakan kopiahnya.
"Oh jelas!," kata santri khodam wali Mbah Kholil Bangkalan dengan posisi siap tempur.
Dari awal, santri khodam terus mendesak mundur ketua pengurus. Sorak-sorai pun bergemuruh. Ketua pengurus pun kaget dan terheran-heran dengan kekuatan serangan santri khodam yang sejak dulu dia remehkan.