Karomah Wali: Mbah Hasyim Asy'ari Menggendong Nabi Khidir, Berikut Diceritakan Langsung Mbah Kholil Bangkalan

- 2 Juli 2022, 06:30 WIB
KH. Hasyim Asyari
KH. Hasyim Asyari /Tangkapan Layar YouTube.com/Sahabat Mahasiswa

PORTAL MAJALENGKA - Sebagaimana diketahui bahwa Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari merupakan murid dari Syaikhona Kholil Bangkalan atau biasa disapa Mbah Kholil, salah satu Wali Allah, guru besar yang terkenal di Madura.

Salah satu muridnya yang mengikuti jejaknya yaitu Hadratusyyaikh Hasyim Asy'ari.

Hadratussyekh Hasyim Asy'ari atau biasa disapa Mbah Hasyim adalah seorang pendiri organisasi Islam terbesar yakni Nahdlatul Ulama (NU).

Baca Juga: KISAH MISTIS GUS DUR, Datang Kakek Berjubah Putih dan Berjenggot Panjang: Ini Tempat Lahirnya Wali

Garis keturunan dari garis sang ibu, Mbah Hasyim Asy'ari merupakan keturunan langsung dari Prabu Brawijaya Keenam yang mempunyai latar belakang seorang Bangsawan Tanah Jawa dan jika dari jalur Ayah, Mbah Hasyim Asy'ari merupakan keturunan Bangsawan muslim yaitu Sultan Hadiwijaya yang juga sekaligus salah satu tokoh penyebar Islam, yaitu Sunan Giri.

Kombinasi dari kedua genetik kuat inilah yang kelak menjadi modal bagi Mbah Hasyim Asy'ari untuk menjadi salah satu pemimpin besar di Indonesia.

Mbah Hasyim Asy'ari merupakan sosok yang tak pernah menyerah dalam menimba ilmu.

Baca Juga: Ciro Alves-David da Silva Saksikan Persib Tertunduk Keluar Lapangan Lawan PSS Sleman di Piala Presiden 2022

Beliau belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya Kyai Utsman yang juga merupakan pemimpin Pesantren Gedang di Jombang Jawa Timur.

Sejak usia 15 tahun beliau berkelana menimba ilmu di berbagai Pesantren antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Siwalan di Sidoarjo, dan Pesantren Kademangan di Bangkalan yang diasuh oleh Syaikhona Kholil Bangkalan.

Namun, ketika menjadi santri di Bangkalan, Syaikhona Kholil menceritakan kejadian menarik dan menakjubkan yang dialami santrinya itu yang tak lain Mbah Hasyim Asy'ari.

Ketika Mbah Hasyim Asy'ari menimba ilmu di Pesantren Kademangan Bangkalan, beliau merupakan santri termuda.

Baca Juga: KARIR Gus Dur setelah Melakukan Pengembaraan Pendidikan ke Timur Tengah (1): Mulai Jadi Penulis

Hari demi hari beliau lewati dengan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dari Sang Guru yakni Syaikhona Kholil

Mbah Hasyim sangat ikhlas setiap kali Syikhona Kholil Bangkalan menyuruhnya. Tak sekalipun ia pernah membantah atau menunda apa yang diperintahkan Sang Guru. Bahkan beliau juga tak pernah mengeluh ketika disuruh mengurus hewan ternak milik Syaikhona Kholil.

Pada suatu ketika, setelah sholat Isya berjamaah, para santri pun diberikan pendidikan keagamaan oleh Syaikhona Kholil Bangkalan.

Kala itu hujan turun dengan begitu deras di Kabupaten Bangkalan, khususnya di Demangan Pondok Pesantren asuhan Syaikhona Kholil Bangkalan.

Baca Juga: Sama-sama Melawan Tuan Rumah Malaysia Open 2022, Fajar/Rian Melaju ke Semifinal dan The Daddies Tersingkir

Namun kali ini Syekhona Kholil Bangkalan hanya diam di hadapan para santri, tanpa memberikan kajian apapun kepada para santrinya.

Beliau hanya duduk melihat ke kanan dan ke kiri dan sesekali memandangi wajah para santri-santrinya dari kejauhan. Para santri pun tak ada yang berani menanyakan hal itu kepada gurunya itu.

Meski hujan mengguyur dengan sangat derasnya ada saja orang yang ingin bertemu Syaikhona Kholil Bangkalan.

Terlihat dari kejauhan diantara guyuran hujan yang sangat lebat seorang kakek tua berjalan dengan susah payah hendak berkunjung menemui Syaikhona Kholil Bangkalan.

Baca Juga: Sukses Membalas Kekalahan dari Nomor 1 Dunia, Apriyani/Fadia ke Semifinal Malaysia Open 2022

Akhirnya Syaik Kholil Bangkalan segera berdiri dan berjalan menuju pintu. Beliau lalu memerintahkan santrinya untuk menjemput tamunya tersebut.

"Adakah di antara kalian ada yang sudi menggendong dan membawa tamuku kemari yang sedang kehujanan diluar sana?" tanya Syaikhona Kholil Bangkalan.

"Biar saya saja ya," jawab seorang santri muda yang tak lain Mbah Hasyim Asy'ari mendahului para santri yang lain.

Mbah Hasyim Asy'ari pun bergegas pergi dan menembus derasnya hujan yang sangat besar untuk kemudian segera menyusul menghampiri orang tua tersebut.

Baca Juga: DUEL PANAS PERSIB BANDUNG vs PSS Sleman di Perempat Final Piala Presiden 2022, Gol Boaz Solossa Dianulir Wasit

Tanpa berpikir panjang Mbah Hasyim Asy'ari menggendong orang tua itu yang merupakan tamu dari Syaikhona Kholil Bangkalan.

Lalu, dengan sangat akrab Syaikhona Kholil Bangkalan itu menyambut tamunya lalu mengajak tamunya yang merupakan orang yang sudah sangat tua tadi untuk masuk ke dalam kamar pribadi.

Di antara keduanya terjadi dialog empat mata, lalu tak lama kemudian rupanya percakapan mereka pun telah usai. Syaikhona Kholil dan orang tua tersebut keluar dari kamar pribadi.

Syaikhona Kholil kemudian mendatangi santri-santrinya untuk meminta bantuan lagi.

Baca Juga: Koefisien Naik 2 Strip, Persib Bandung Kembali Berpeluang Ikuti Liga Champions Asia jika Juara Liga Indonesia

"Siapakah di antara kalian yang mau mengantarkan kembali orang tua ini," tanya Syaikhona Kholil Bangkalan.

"Biar saya saja Kyai tadi saya yang sudah menjemput beliau kemari dan izinkan saya juga yang mengantarkan beliau kembali," jawab santri yang tadi menggendong orang tua tersebut.

Orang tua tadi menengok ke arah Syaikhona Kholil Bangkalan dan tersenyum, kemudian dengan sopan dan penuh rasa takdim Mbah Hasyim itu pun mengatakan.

"Mari pak biar saya gendong lagi,"

Baca Juga: Apakah Pengguna MyPertamina untuk Pembelian Pertalite dan Solar Berlaku bagi Pengguna Motor? Ini Penjelasannya

Lalu, Mbah Hasyim pun menggendong orang tua tersebut dan keluar dari Pondok Pesantren dengan sangat hati-hati menembus derasnya hujan yang tak kunjung henti.

Setelah santri muda dan tamu tua itu keluar dari kawasan Pesantren, Syekh Kholil Bangkalan berkata kepada santri-santrinya yang lain.

"Santri-santriku ketahuilah bahwa ilmuku telah dibawa oleh temanmu yang sedang menggendong orang tua itu, tahukah kalian bahwa temanmu sedang menggendong lautan ilmu, tahukah kalian bahwa yang digendong temanmu itu adalah sumber pustaka ilmu dan tahukah kalian bahwa yang digendong temanmu itu adalah Nabiyullah Khidir 'Alaihissalam,"

"Hari ini temanmu yang menggendong Nabi Khidir itu kelak akan menggendong dan menyatukan umat dalam suatu wadah umat Islam terbesar di dunia," jelas Syaikhona Kholil Bangkalan.

Baca Juga: Selamat Jalan Menpan-RN Tjahjo Kumolo, Berikut Ini Profil Lengkap dan Perjalanan Karirnya

Para santri Syaikhona Kholil seketika tersentak mendengar apa yang telah disampaikan oleh Syaikhona Kholil Bangkalan. Semuanya terdiam dan seolah tak percaya bahwa orang tua tersebut ternyata adalah Nabiyullah Khidir 'Alaihissalam.

Syaikhona Kholil kemudian melanjutkan dengan mengatakan kepada para santrinya.

"Kalian para santri-santri ku berjanjilah kepadaku, jangan katakan hal ini kepada temanmu yang sedang mengantarkan Nabiyullah Khidir. Jangan katakan bahwa yang ia gendong adalah Khidir 'Alaihissalam. Tapi ketika aku sudah tiada katakanlah semua kepadanya tentang apa yang telah aku sampaikan ini dan ternyata yang digendong oleh santri tersebut adalah Nabiyullah Khidir 'Alaihissalam," kata Syaikhona Kholil Bangkalan.

Melalui kisah tersebut, ucapan yang disampaikan dari Syaikhona Kholil Bangkalan pada saat itu akhirnya terbukti.

Baca Juga: Santri Nakal Ini Coba Lamar Putri Syaikhona Mbah Kholil Bangkalan, Tapi Malah Begini yang Terjadi

Di kemudian hari tepatnya pada 31 Januari 1926, Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari akhirnya mendirikan wadah atau organisasi, yang kemudian organisasi yang beliau dirikan menjelma menjadi organisasi Islam terbesar di dunia yaitu Nahdlatul Ulama.

Demikian sepenggal kisah dari Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari yang diceritakan langsung oleh gurunya Syaikhona Kholil Bangkalan. Semoga bermanfaat.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Youtube Santri Story Official


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah