"Anda datang ke sini naik apa?," tanya Mbah Sholeh Darat kepada si tamu.
"Numpak macan atau naik macan," jawab si tamu dengan nuansa pamer.
Maklum, saat itu tunggangan yang biasa dipakai umum adalah kuda.
"Diikat di mana harimau itu?," kata Mbah Sholeh Darat.
"Saya ikat di luar pagar sana itu, khawatir menakuti santri-santri jenengan," ujar tamu tersebut.
Mbah Sholeh Darat hanya tersenyum. Tak lama setelah itu wali Mbah Sholeh Darat lantas menyuruh santrinya menuntun harimau besar tunggangan tamunya itu.
Santri Mbah Sholeh Darat ternyata sama sekali tidak takut pada macan tamu itu.
"Masukkan kandang kang biar tidak kedinginan atau kehujanan," perintah Mbah Sholeh Darat kepada santrinya.