RONGGO WARSITO, Santri Super Nakal yang Disanksi Berat Kiainya, Kisah Penerus Walisongo

- 23 Juni 2022, 06:30 WIB
Ilustrasi. RONGGO WARSITO, Santri Super Nakal yang Disanksi Berat Kiainya, Kisah Penerus Walisongo
Ilustrasi. RONGGO WARSITO, Santri Super Nakal yang Disanksi Berat Kiainya, Kisah Penerus Walisongo /YouTube

PORTAL MAJALENGKA - Dakwah Islam di tanah Jawa tidak terlepas dari dakwah yang dilakukan oleh Walisongo.

Dan diteruskan oleh para ulama yang mendirikan pondok pesantren diberbagai wilayah yang ada di tanah Jawa.

Salah satu diantara pondok pesantren yang ada di tanah Jawa terdapat pondok pesantren Gebang Tinatar, Ponorogo.

Baca Juga: Raja Macan Putih Gaib dan Sekawanannya yang Menyerang Prabu Siliwangi Berbalik Jadi Pengawal Setia

Memiliki satu kisah yang menarik dari pondok pesantren ini tentang salah satu santrinya Raden Ronggo Warsito.

Raden Ronggo Warsito adalah tokoh yang hidup pada masa kejayaan Kasunanan Surakarta. Ia lahir sebagai seorang bangsawan pada tahun 1802 Masehi.

Raden Ronggo Warsito memiliki nama kecil Raden Bagus Burham yang kemudian dikenal sebagai Pujangga terakhir tanah Jawa.

Baca Juga: Sejak Peristiwa Ini, Tuan Guru Turmudzi Badruddin Makin Percaya Kewalian Gus Dur

Raden Ronggo Warsito adalah seorang santri yang patut untuk diteladani karena sifat takzimnya kepada kiai-nya.

Perjalanan spiritual Raden Ronggo Warsito sebagai santri dimulai ketika ia menginjak masa dewasa.

Raden Ronggo Warsito dengan di dampingi oleh seorang abdi dikirim oleh keluarganya untuk nyantri di Pondok Pesantren Gebang Tinatar Ponorogo.

Baca Juga: SUBHANALLAH! Kewalian Gus Dur Pernah Diuji oleh Santri Ini

Pesantren Gebang Tinatar adalah satu pondok pesantren yang diasuh oleh seorang ulama yang sangat alim yaitu Kyai Hasan Besari.

Beliau adalah seorang ulama Alim ahli Syariat maupun thariqah, yang juga masih keturunan Raja Brawijaya.

Menurut catatan peneliti Belanda, Martin Van bruinesen bahwa pada masa kejayaannya Pesantren ini pernah memiliki santri kurang lebih 10.000 Santri.

Baca Juga: KUJANG PUSAKA Sakti Milik Prabu Siliwangi Kakek Sunan Gunung Jati Jadi Simbol Jawa Barat (2)

Ketika pertama nyantri di pesantren Gebang Tinatar ini, kebiasaan Raden Ronggo Warsito sebagai bangsawan ternyata memberi efek buruk kepadanya.

Raden Ronggo Warsito begitu malas untuk belajar. Malahan hingga berbulan-bulan, tidak ada perkembangan, dan sangat ketinggalan dengan teman lainnya.

Di samping itu, Raden Ronggo Warsito mempunyai tabiat buruk berupa kesukaan berjudi.

Baca Juga: Jokowi Ulang Tahun Ke-61, Relawan di Cirebon Sampaikan Ucapan Selamat dan Gelar Perayaan

Dalam tempo kurang lebih satu tahun bekal sudah habis bahkan dua kudanya pun telah dijual. Sedangkan ilmunya nyaris tanpa perkembangan.

Kyai Hasan Besari sebagai pengasuh Pesantren sangat sering Memberi teguran kepada Raden Ronggo Warsito dengan tabiat buruknya tersebut.

Karena seringnya mendapat teguran, akhirnya Raden Ronggo Warsito dan abdi-nya takut dan diam-diam menghilang dari Pondok.

Baca Juga: Mbah Maimun Zubair Usir Santri Barunya Jika Tidak Mau Mengaku, Kisah Penerus Walisongo di Tanah Jawa

Kiai Hasan Besari melaporkan peristiwa kepergian Raden Ronggo Warsito kepada keluarganya di Surakarta.

Keluarganya Raden Ronggo Warsito memahami perihal itu, dan meminta kepada Kiai Hasan Besari untuk ikut serta mencarinya.

Setelah dicari dan ketemu lalu Raden Ronggo Warsito diajak kembali ke Pondok Gebang Tinatar.

Baca Juga: PREDIKSI LINE UP PERSIB, Marc Klok, Kambuaya, Irianto dan Daisuke Sato Amunisi Tambahan di Piala Presiden 2022

Setelah kembali ke pesantren, kenakalan Raden Ronggo Warsito tidak mereda. Karena kejengkelannya, maka Kiai Hasan Besari memberi takzir atau sanksi.

Raden Ronggo Warsito disanksi berupa puasa 40 hari dengan buka puasa hanya dengan satu buah pisang, setiap hari dan malamnya tidak boleh tidur untuk Munajat kepada sang pencipta.

Untuk mengakali agar malam tetap terjaga dan tidak tertidur, dengan akal cerdiknya ia memasang bambu di atas sungai dengan tujuan ketika ketiduran jatuh ke sungai dan bisa naik ke atas untuk bermunajat lagi.

Baca Juga: PERDEBATAN TINGKAT TINGGI Antara Brahmana dengan Sunan Bonang, Kisah Sunan Gunung Jati dan Walisongo

Kiai Muhammad Purnomo dalam buku sejarah Kiai Ageng Muhammad Besari (1976:37) menuturkan, Takzir atau sanksi yang diterima Raden Ronggo Warsito berbuah hikmah.

Raden Ronggo Warsito diberi Anugerah oleh Allah SWT berupa maqam futuh yaitu terbukanya mata batin sehingga belajar dengan lancar dan cepat.

Kiai Hasan Besari menjadi heran atas kemajuannya, Dalam waktu singkat Raden Ronggo Warsito mampu melebihi kawan-kawannya. Bahkan ia juga diberi Anugerah oleh Allah SWT dapat memahami suara-suara binatang.

Baca Juga: Tongkat Sakti Milik Sunan Bonang Ubah Benda Menjadi Emas, Kisah Sunan Gunung Jati dan Walisongo

Sehingga kemudian hari dari buah takzir yang diterimanya dari Kiai Hasan Besari, nama Raden Ronggo Warsito ini diberikan.

Yang semula bernama Raden Bagus Burham kemudian menyandang gelar Raden Ronggo Warsito.

Raden Ronggo Warsito dikemudian hari dikenal sang pujangga yang masyhur dari tanah Jawa. Wallahu a'lam bishawab.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: YouTube Penerus Para Nabi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah