INILAH Pengembaraan Sunan Gunung Jati dan Ibunya Rara Santang Pulang dari Mesir ke Wilayah Prabu Siliwangi (1)

- 15 Juni 2022, 13:25 WIB
INILAH Pengembaraan Sunan Gunung Jati dan Ibunya Rara Santang Pulang dari Mesir ke Wilayah Prabu Siliwangi (1)
INILAH Pengembaraan Sunan Gunung Jati dan Ibunya Rara Santang Pulang dari Mesir ke Wilayah Prabu Siliwangi (1) /YouTube

PORTAL MAJALENGKA-  Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati merupakan cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.

Ia adalah seorang penyebar agama Islam di Jawa Barat yang berpusat di Cirebon.

Sunan Gunung Jati lahir dan dibesarkan oleh Rara Santang atau bergelar Syarifah Muda’im yang menikah dengan Sultan Mesir.

Baca Juga: KISAH Pengembaraan Sunan Gunung Jati Dapat Amanah dari Nabi Khidir dan Diangkat Jadi Wali Qutub (1)

Rara Santang juga merupakan anak dari Raja Padjajaran Prabu Siliwangi dan Subang Larang.

Hingga saat ini terdapat beberapa sumber mengenai kedatangan Sunan Gunung Jati ke tanah Jawa.

Dikutip Portal Majalengka dari Kitab Purwaka Caruban Nagari dengan bahasa Kawi Cirebon dan penulisan menggunakan bahasa jawa.

Baca Juga: KISAH Pengembaraan Sunan Gunung Jati Dapat Amanah dari Nabi Khidir dan Diangkat Jadi Wali Qutub (2)

Kitab tersebut yang di dalamnya terdapat seluk beluk kisah perjuangan Sunan Gunung Jati.

Bermula dari masuknya Islam putri Rara Santang dan kakaknya Walangsungsang atau dikenal dengan Pangeran Cakrabuana.

Mereka berdua mendalami Islam karena telah mengalami mimpi yang sama, yaitu mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. setelah mimpi itu, kedua saudara pun langsung memeluk agama Islam.

Baca Juga: Pemberontakan Ki Kebo Kenongo dibantu Syekh Siti Jenar Terhadap Demak Bintoro, Sunan Gunung Jati Turun Tangan

Kemudian hingga pada suatu ketika mereka menunaikan ibadah haji bersama-sama. 

Di tanah haram, kedua saudara itu tidak hanya menunaikan ibadah haji saja, tetapi juga menetap lama di sana untuk belajar ilmu agama kepada salah satu syekh besar yang ada di Mekah.

Hingga pada suatu ketika, tiba-tiba datanglah seorang utusan sebagai utusan sang Sultan.

Sultan Abdullah mengirimkan utusan untuk melamar Syarifah Muda’im atau Putri Rara Santang. 

Mengetahui hal tersebut, putri Rara Santang pun langsung menerima lamaran dari Sultan Abdullah, hingga akhirnya pernikahan pun terjadi dengan Walangsungsang sebagai wali dalam menikahkan adiknya dengan sang sultan.

Pernikahan terjadi secara khidmat di Mesir dengan mengikuti Madzhab Imam Syafi’i. Setelah putri menikah dengan Sultan Abdullah, putri Rara Santang pun tinggal di Mesir untuk waktu yang lama.

Sang kakak yaitu Walangsungsang awalnya tinggal menemani adiknya di Mesir.

Namun dalam jangka waktu 6 bulan kemudian, Walangsungsang memutuskan untuk kembali ke tanah Jawa. 

Rara santang yang telah merubah nama menjadi Syarifah Muda’im pun akhirnya di karuniai anak yang di namai dengan Syarif Hidayatullah.

Perasaan bahagia menghiasi keluarga Syarifah Muda’im dan Sultan Abdullah, kemudian  lahir anak kedua bernama Syarif Nurullah.

Saat Syarif Hidayatullah memasuki usia remaja, Sultan Abdullah meninggal dunia, sehingga pengasuhan Syarif Hidayatullah sepenuhnya di pegang oleh Syarifah Muda’im. 

Karena kegigihan dan kecerdasan luar biasa yang dimiliki oleh Syarif Hidayatullah, ia pun selalu bersemangat dan memiliki minat yang sangat tinggi pada bidang keilmuan.

Sehingga membuatnya berguru kepada banyak syekh besar yang tersebar di wilayah Timur Tengah. Hingga pada suatu ketika tepatnya tahun 1470, Syarif Hidayatullah bersama dengan ibunya kembali ke tanah kelahiran ibunya yaitu tanah Jawa, untuk menyebarkan Islam.

Setelah sampai di Cirebon, Syarifah Muda’im dan putranya yaitu Syarif Hidayatullah meneruskan usaha Syekh Datuk Kahfi membuka Pesantren Gunungjati. Sehingga kemudian dari Syarif Hidayatullah lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.

Tibalah saat yang ditentukan, menikahkan anaknya yaitu Nyi Pakungwati dengan Sunan GunungJati.

Selanjutnya yaitu pada tahun 1479, karena usianya sudah lanjut Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan Negeri Caruban kepada Sunan Gunung Jati dengan gelar Susuhunan Jati artinya orang yang dijunjung tinggi.

Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke Pajajaran untuk mengunjungi kakeknya yaitu Prabu Siliwangi.

Sang Prabu diajak masuk Islam kembali tapi tidak mau. Mesti Prabu Siliwangi tidak mau masuk Islam, dia tidak menghalangi cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran.

Dengan berdirinya Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan lewat Kadipaten Galuh. Tindakan ini dianggap sebagai pembangkangan oleh Raja Pajajaran.

Raja Pajajaran tak peduli siapa yang berdiri di balik Kesultanan Cirebon itu maka dikirimkannya pasukan prajurit pilihan yang dipimpin oleh Ki Jagabaya.

Tugas mereka adalah menangkap Sunan Gunung Jati yang dianggap lancang mengangkat diri sebagai raja tandingan Pajajaran.

Tapi usaha ini tidak berhasil, Ki Jagabaya dan anak buahnya malah tidak kembali ke Pajajaran, mereka masuk Islam dan menjadi pengikut Syarif Hidayayullah. ***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Kitab Purwaka Caruban Nagari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah