Baca Juga: Indonesia: Angka Orang yang Kelebihan Berat Badan dan Obesitas Naik di semua Kelompok Usia
Syekh Magelung Sakti merasakan gundah bahkan terbesit dalam pikirannya bahwa dia harus pulang menemui murid-muridnya. Namun dia tidak ingin lagi mengabdikan dirinya kepada kerajaan.
Namun kembali mengenang apa yang disampaikan oleh Nabi Khidir kepada dirinya untuk mencari seorang guru Mursyid.
Syekh Magelung Sakti mencoba menghibur diri bahwa dia masih dalam perjuangan untuk mencari guru sejatinya.
Perjalan Syekh Magelung Sakti sudah sampai hingga selat Malaka, dia dikagetkan dengan suara sapaan orang di belakangnya.
Baca Juga: Aksi Nekat Wisatawan Foto di Tengah Jalan Tugu Yogyakarta, Ketika Banyak Kendaraan
Seakan tahu dengan jalan pikiran Syekh Magelung Sakti yang didera kekacauan dalam pikirannya.
Syekh Magelung Sakti mendengar pernyataan dari seseorang yang mengetahui bahwa dia sedang dilanda rasa bingung tersebut.
“Maaf kisanak, Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” Syekh Magelung Sakti bertanya kepada orang yang menegurnya.
“Barangkali Iya dan barangkali tidak, namaku resi purba Sanghyang Dursasana Prabu kala Sangkala,” jawab orang berpakaian serba putih itu.