Oleh karena itu, gerakan-gerakan tari Angklung Bungko ini merupakan penggambaran mematahkan serangan Pangeran Pekik pada saat peperangan berlangsung.
Semua penari Angklung Bungko ini laki-laki dengan menggunakan ikat kepala, batik, baju putih, keris, kain batik, dan soder.
Baca Juga: Sinopsis Sinetron Buku Harian Seorang Istri 1 November 2021: Nana Minggat Tinggalkan Dewa
Tarian Angklung Bungko ini sangat halus dan statis memberi kesa tenang, namun raut wajah menunjukkan ketegangan. Sedangkan tabuhannya kadang bergemuruh sehingga memberi kesan orang yang bersiap pergi ke medan perang.
Alat musik dasar yang digunakan dalam kesenian ino adalah angklung. Bentuknya hampir sama dengan angklung Sunda masa kini.
Awalnya kesenian ini merupaka musik ritmis dengan menggunakan media kentongan yang terbuat dari potongan ruas bambu. Sehingga lambat laun berubah menjadi angklung.
Baca Juga: Pengumuman Prakerja Gelombang 22, Begini Cara Cek Kelulusan
Angklung Bungko terdiri dari tiga buah yang dipercaya sudah berumur 600 tahun, sekarang sudah tidak bernada lagi sehingga tidak dipakai. Namun dalam setiap pagelaran Angklung Bungko ini selalu dihadirkan. Sedangkan waditra lainnya pada saat pagelaran terdiri dari 3 buah ketuk, gong besar, dan kendang besar.
Terdapat 4 tarian dalam pagelaran Angklung Bungko.
1. Panji, menggambarkan sikap berzikir;
2. Benteleye, menggambarlan sikap bertindak dalam menghadapai rintangan dalam perjalanan;
3. Ayam Alas, menggambarkan kelincahan dalam mencari sasaran perang;
4. Bebek Ngloyor, menggambarkan jerih payah dalam mencapai tujuan.