Bubur Sura Keraton Kanoman Cirebon, Kuliner Khas yang Disajikan Khusus Bulan Muharram

- 10 Agustus 2021, 19:36 WIB
Setiap tahun Keraton Kanoman merawat tradisi menghidangkan bubur sura setiap 10 Muharram. Pembuatan bubur Sura juga biasanya dilakukan masyarakat Cirebon untuk kemudian dibagikan./Tati Purnawati/Kabar Cirebon
Setiap tahun Keraton Kanoman merawat tradisi menghidangkan bubur sura setiap 10 Muharram. Pembuatan bubur Sura juga biasanya dilakukan masyarakat Cirebon untuk kemudian dibagikan./Tati Purnawati/Kabar Cirebon /

PORTAL MAJALENGKA -- Muharram biasa disebut bulan Suro di wilayah kebudayaan Jawa. Di Cirebon, Muharram disebut bulan Sura.

Di bulan tersebut Keraton Kanoman Cirebon biasa menghidangkan bubur sura untuk abdi dalem dan masyarakat, pada tanggal 10 Muharram.

Tahun ini 10 Muharram bertepatan dengan Kamis 19 Agustus 2021.

Selain di Keraton Kanoman Cirebon, tradisi menyajikan bubur sura masih lestari di tengah masyarakat sekitar.

Baca Juga: 12 Kuliner Khas Sunda yang Masih Ditemukan di Majalengka, Urutan Ke-7 Dihidangkan saat Musim Hujan

Diolah dari berbagai sumber, bubur sura merupakan kuliner yang telah berumur sekitar 600 tahun.

Hingga kini tradisi menghidangkan bubur sura masih dilakukan dan merupakan salah satu momen yang ditunggu-tunggu masyarakat.

Masyarakat memercayai, dengan menyantap bubur sura yang dihidangkan setahun sekali itu akan mendapatkan berkah.

Sebab bubur sura merupakan tradisi yang berasal dari gagasan Sunan Gunungjati, salah satu anggota Wali Sanga sekaligus Sultan Pertama Kerajaan Cirebon.

Baca Juga: Sejarah Nasi Jamblang yang Melegenda, Berawal dari Sedekah untuk Para Pekerja hingga Jadi Ikon Kuliner Cirebon

Selain itu, masyarakat juga bersuka cita dengan bubur sura yang diyakini merupakan salah satu peninggalan Sunan Gunungjati yang dihormati dan kaya pesan.

Menurut Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina, bubur sura dibuat keraton dengan bahan baku yang berasal dari sedekah hasil bumi masyarakat.

"Kami dan para abdi dalem yang mengolah kemudian disajikan," katanya.

Kuliner bubur sura terdiri dari bubur yang diberi aneka sayuran serta daun kemangi yang wangi.

Baca Juga: 5 Kuliner Khas Majalengka yang Tergolong Unik Termasuk Ketel, Berani Coba?

Sejumlah sumber menyebut, bubur melambangkan kelembutan dan kehangatan sikap keraton kepada rakyat.

Bubur juga mengandung pesan agar keraton maupun masyarakat Cirebon selalu menjaga kelembutan dan kehangatan di tengah pergaulan.

Sementara serai (sereh) dan aneka rempah menyebabkan bubur kaya aroma. Hal itu mengandung pesan agar seluruh warga Cirebon sebaiknya melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan agar selalu tercium mewangi.

Karena diyakini keburukan akan menghasilkan aroma yang tidak sedap, bahkan busuk.

Baca Juga: 5 Makanan Jadul Cirebon Unik Berusia Puluhan Tahun Masih Eksis, Pernah Coba?

Santan yang dimasak bersama bubur melambangkan agama Islam yang berkarakter menyatukan dalam kebaikan.

Sehingga patut diamalkan di tengah pergaulan bernegara maupun bermasyarakat.

Putih pada santan melambangkan kesucian agama Islam.

Bubur sura dibuat dengan beras, santan kelapa, air, kelapa parut, salam, sereh, klungsu, pisang saba, tales, uwi dan garam, dengan cita rasa yang gurih nikmat.

Baca Juga: Sedang Diet? Hati-hati 5 Makanan Berikut Bikin Cepat Lapar

Bubur sura dilengkapi dengan taburan (topping) berupa sambal goreng, dendeng daging sapi suwir, hingga daun kemangi.

Bubur sura dari Keraton Kanoman Cirebon disajikan tidak menggunakan piring, tetapi daun pisang batu yang dibentuk seperti perahu. Orang Cirebon menyebutnya takir.

Menurut Ratu Arimbi, bentuk takir mengingatkan pada bahtera raksasa yang dahulu dibuat oleh Nabi Nuh AS.

Perempuan yang pernah menjadi Calon Bupati Cirebon itu membeberkan, banyak peristiwa penting dan bersejarah terjadi di bulan Sura alias Muharram. Karena itu bulan tersebut layak mendapat perlakuan istimewa.

Baca Juga: Bangga! 5 Kuliner Tegal Enak dan Unik ini Populer hingga Mancanegara, Ada Sambel Teplak dan Es Lontrong

Di daerah lain, bulan Sura juga diperlakukan secara khusus. Bedanya, jika di daerah lain dianggap penuh nuansa mistis, di Keraton Kanoman bulan Sura disambut dengan ritual keagamaan. Salah satu di antaranya adalah penyajian bubur sura di Bangsal Jinem.

Dituturkan Ratu Arimbi, menyajikan bubur sura merupakan warisan Sunan Gunungjati yang akan dilestarikan oleh Keraton Kanoman Cirebon.***

Editor: Husain Ali

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x