Di zaman dahulu nasi biasa dibungkus menggunakan daun pisang. Namun ternyata dengan cara itu nasi cepat basi.
Berbeda jika dibungkus daun jati, nasi lebih awet karena tidak cepat basi. Selain itu, karena dibungkus daun jati aroma nasi sangat sedap. Nasi pun lebih terasa pulen dan nikmat.
Diyakini, nasi tidak cepat basi karena uap air dari nasi panas merembes keluar melalui pori-pori daun jati. Karena memang, uap air merupakan faktor yang menentukan apakah nasi cepat basi atau tidak.
Oleh para pedagang nasi jamblang dihidangkan dengan aneka lauk-pauk yang sederhana, namun lezat. Para pembeli mengambil lauk-pauk sesuai selera, layaknya di prasmanan. Setelah makan, barulah pembeli membayar nasi dan lauk-pauknya.
Baca Juga: Pengusaha Kuliner di Garut Dianjurkan Berlakukan Layanan Daring
Lauk pauk yang umum dihidangkan pedagang nasi jamblang, berupa sambal goreng, goreng tahu, tempe, paru-paru, balakutak (cumi) masak kental, sayur tahu, sate kentang, sate telur puyuh, semur hati sapi, dan lain-lain.
Cara penyajian dengan pembeli memilih langsung lauk pauk sesuai selera dan membayar setelah makan, tidak ditemukan pada cara penyajian kuliner lainnya.
Masyarakat yang sangat mencintai daerah Cirebon mengatakan, pembeli memilih langsung barang yang dikehendakinya tanpa perantara pelayan seperti diterapkan di tokoh modern hingga supermarket, disebut mengadopsi cara penyajian pedagang nasi jamblang.
Terdapat banyak versi tentang sejarah nasi jamblang. Di tengah masyarakat terdapat versi lisan yang berbeda-beda di masing-masing lokasi. Bahkan sepertinya setiap pedagang memiliki versi sejarah nasi jamblang.
Baca Juga: Beri Pelatihan Pengolahan Makanan, Kemensos Siapkan Pusat Kuliner yang Dikelola Pemulung di Bekasi