Kisah Masa Kecil Gus Dur yang Sangat Jenius dan Cerdas, Pecandu Buku sejak Kecil

12 November 2022, 10:54 WIB
Kisah Masa Kecil Gus Dur yang Sangat Jenius dan Cerdas /Tangkapan layar Facebook/Santri Gus Dur

PORTAL MAJALENGKA - KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur merupakan tokoh muslim Indonesia. Ia juga pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia keempat dari tahun 1999 hingga 2001.

Gus Dur menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999.

Gus Dur tumbuh dan berkembang di masa kecilnya memang berpindah-pindah, Jombang-Jakarta.

Baca Juga: KAROMAH WALI dan Kehebatan Mbah Hasyim Asy'ari Sang Kakek dari Gus Dur, Diungkapkan Oleh Gus Muwafiq

Karena sang ayah pernah menjadi Menteri Agama, sekaligus juga pengasuh Pesantren Tebuireng.

Dilansir portal Majalengka dari akun Facebook Sejarah Para Ulama dan Karomahnya, KH Abdurrahman Wahid lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil.

Addakhil, berarti Sang Penakluk. Kata Addakhil "tidak cukup dikenal dan diganti nama Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur".

Baca Juga: KISAH Kocak Abu Nawas Menyebrangi Lautan untuk Sampai Teluk

Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Nyai Solichah Bisri.

Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus. Namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya’ban, sama dengan 7 September 1940.

Sejak Kecil Gus Dur, dikenal sebagai anak yang aktif, bahkan hiperaktif. Tidak bisa diam dan bandel.

Baca Juga: Berikut Kumpulan Ucapan Hari Ayah Nasional 2022, Menyentuh dan Penuh Makna

Baik di Denanyar maupun di Tebuireng, Gus Dur sering berbuat ulah, jail, dan merepotkan.

Tahun 1944, Gus Dur pindah ke Jakarta karena sang ayah diminta menjadi ketua pertama Majlis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Tahun 1945 pasca kemerdekaan, keluarga Gus Dur kembali ke Jombang. Namun, tahun 1949 setelah perang melawan sekutu selesai, kembali lagi ke Jakarta karena ayahnya, Kyai Wahid diangkat menjadi Menteri Agama RI.

Baca Juga: GRATIS LINK 20 Twibbon Hari Ayah Nasional, Yuk Ramaikan di Status Media Sosialmu

Pada tahun 1952, ketika berumur 12 tahun, saking aktif dan semaunya, Gus Dur pernah megalami dua kali patah tulang lengan.

Pertama kali lengannya patah karena terjatuh dari pohon akibat dahan yang dia injak patah. Kemudian, Gus Dur juga hampir kehilangan tangannya untuk kedua kali dalam satu masa usia.

Kisahnya, waktu itu Gus Dur mengambil makanan dari dapur lalu memakannya di atas pohon besar. Karena keenakan di atas pohon sampai tertidur lalu menggelinding dan terjatuh ke bawah.

Baca Juga: SANGARNYA SKUAD ARGENTINA di Piala Dunia 2022, Leonel Messi Tandem Paulo Dybala Siap Jadi Juara

Greg Barton, dalam ingatannya soal Gus Dur, menceritakan dalam bukunya biografi Gus Dur, waktu itu dia mengalami patah tulang serius. Sehingga tulang lengannya menonjol keluar.

Dokter pertama yang merawatnya khawatir, kemungkinan dia akan kehilangan tangannya. Beruntung, karena kecekatan dokter, tangannya bisa disambung kembali.

Akan tetapi pengalaman ini hampir tak berpengaruh terhadap dirinya. Karena Gus Dur kecil tetap kurang berhati-hati dan selalu bertindak impulsif.

Baca Juga: KAROMAH WALI dan Kehebatan Mbah Hasyim Asy'ari Sang Kakek dari Gus Dur, Diungkapkan Oleh Gus Muwafiq

Perilaku Gus Dur yang bandel itu, kadang membuat Sang Ayah yang sangat sabar itu juga harus berlaku tegas.

Kadang-kadang, Gus Dur kecil diikat dengan tambang di tiang bendera di halaman depan sebagai hukuman buat leluconnya yang terlalu jauh atau sikapnya yang kurang sopan.

Saat sekolah di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Gus Dur juga pernah tidak naik kelas, karena sering bolos.

Baca Juga: SKUAD HEBAT SANG JUARA, Karim Benzema dan Mbappe Siap Pertahankan Gelar Juara Piala Dunia 2022 di Qatar

Saat ditanya alasannya, mengaku tidak punya teman yang mengerti jalan pikirannya. Sehingga malas sekolah, akhirnya bolos.

Tapi bolosnya tidak ke mana-mana, dan mudah dicari sebenarnya, yaitu di perpustakaan Jakarta. Kadang juga bermain bola, olahraga kegemarannya.

Alhasil Gus Dur tidak naik kelas. Oleh ibunya Gus Dur dipindahkan ke Krapyak Jogja, diasuh oleh KH Aly Makshum.

Baca Juga: SANGARNYA TIMNAS INGGRIS, Daftar Nama Pemain Lengkap Asal Klubnya di Piala Dunia Qatar 2022

Tapi lagi-lagi, jiwa-jiwanya yang pemberontak tidak cocok dengan peraturan pesantren yang ketat. Gus Dur minta izin kepada ibunya untuk sekolah dan kos di luar pondok.

Pada akhirnya, dia kos di daerah Kauman, di lingkungan sekitar Keraton Yogyakarta. Gus Dur remaja tinggal di rumah Haji Djunaid, seorang tokoh organisasi Islam Muhammadiyah.

Haji Djunaid merupakan sahabat dekat Wahid Hasyim, ayah Gus Dur saat nyantri di Tremas Pacitan. Benar saja, sejak kos di luar pondok itu, Gus Dur semakin giat belajar.

Baca Juga: GARANG BERTABUR BINTANG, Berikut Daftar Pemain Timnas Portugal di Piala Dunia Qatar 2022 Lengkap Asal Klubnya

Tapi, di balik kenakalan dan kabandelannya, Gus Dur adalah sosok anak yang tumbuh sangat cerdas.

Gus Dur kecil juga dikenal sebagai pecandu buku bacaan. M Hamid, dalam bukunya berjudul: Gus Gerr: Bapak Pluralisme & Guru Bangsa, mengisahkan soal hobi membaca Gus Dur.

Hamid mengutip buku Beyond the Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur.

Baca Juga: Cek BSU 2022 Tahap 7 lewat Aplikasi PosPay, Segera Cairkan di Kantor Pos Terdekat

Dalam buku itu dikisahkan, beberapa kali Gus Dur ditegur oleh ibunya soal kebiasaannya membaca buku yang terlalu.

Nyai Solichah meminta putranya itu untuk mengurangi membaca agar matanya tidak sakit. Gus Dur saat itu baru berusia 10 tahun dan sudah membaca novel-novel dengan tingkat sastra tinggi.

Soal mata, tidak bisa dipungkiri, sejak kecil Gus Dur sudah mulai memakai kacamata, dan saat dewasa gangguan kesehatan matanya semakin memburuk.

Baca Juga: MEMAHAMI Ajaran Moral di Balik Nama Semar dan Sebutan Lainnya

Gus Dur memang maniak membaca. Dia benar-benar memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Sudah dilahap semua dan merasa kurang, ia kerap berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta.

Pada usia itu, dia sudah akrab dengan buku-buku serius, dari filsafat, cerita silat, sejarah, hingga sastra.

Sejak duduk di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Gus Dur sudah menguasai bahasa Inggris.

Baca Juga: BSU November 2022 Cair Rp600.000 Segera Ambil di Kantor Pos Indonesia

Dalam waktu dua tahun, saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dia sudah melahap beberapa buku bahasa Inggris, di antaranya; Das Kapital karya Karl Marx, buku filsafat Plato, Thalles, Novel karya William Bochner.

Adapun karya sastra yang dia baca di antaranya karya Ernest Hemingway, John Steinbeck, dan William Faulkner.

Dia juga tuntas membaca beberapa karya Johan Huizinga, Andre Malraux, Ortega Y Gasset, dan beberapa karya penulis Rusia, seperti; Pushkin, Tolstoy, Dostoevsky, dan Mikhail Sholokov.

Baca Juga: Cara Cek Penerima BPUM 2022 s ecara Online di Efrom.bri.co.id

Kecerdasan, pikiran yang liar, dan kritis itulah yang membuat Gus Dur tumbuh menjadi pribadi yang penuh semangat dalam mendobrak tatanan.

Dalam Orde Baru, Gus Dur menjadi orang yang sangat ditakuti oleh rezim. Hingga berkali-kali terancam keselamatannya. Sang istri, Sinta Nuryah malah yang terkena.

Sampai masa reformasi, saat menjadi presiden, Gus Dur juga suka melawan arus. Seperti gonta-ganti pejabat pembantu presiden, konflik dengan Polri, memunculkan wacana dekrit membubarkan DPR, hingga dimakzulkan dari kursi RI 1.

Baca Juga: SUBHANALLAH Inilah Riwayat Awal Penciptaan Nabi Adam AS dengan Bahan Tanah Asalnya

Mungkin sebagian orang percaya bahwa apa yang dilakukan Gus Dur demi dan hanya demi bangsa ini. Bangunan pemikirannya tidak sesederhana dipahami. Sangat rumit dan bombastis.

Namun, karena itu, tak semua orang mampu menerjemahkan alur pemikirannya. Bahkan cenderung dianggap ngawur dan desktruktif.

Gus Dur memang tetaplah Gus Dur, keinginannya sangat kuat dan tidak goyah. Saat digoyang oleh keponakannya, Muhaimin dari kursi pimpinan PKB, Gus Dur tetap kekeh.

Baca Juga: Timor Leste Resmi Jadi Anggota Negara ASEAN Ke-11

Sering dikatakan Gus Dur "soal para musuh-musuh politiknya, “Memaafkan sih iya, tapi lupa sih enggak",ucap Gus Dur.

Itulah kisah Masa kecil Abdurahman Wahid yang biasa di siapa Gus Dur Sosok anak yang sangat bandel tetapi cerdas semoga bermanfaat bagi kita semua.***

Editor: Husain Ali

Sumber: Facebook sejarah para ulama dan karomahnya

Tags

Terkini

Terpopuler