Mengenal ROBI'ATUL ADAWIYAH, Sufi Perempuan Pengusung Aliran Cinta Allah

21 Agustus 2022, 10:30 WIB
Ilustrasi. /

PORTAL MAJALENGKA - Ia memiliki nama lengkap Rabi'ah binti Ismail Al-Adawiyah Al-Basriyah.

Ia diperkirakan lahir pada tahun 713 M/95 H atau 717 M/99 H di sebuah perkampungan di luar kota Basrah (Irak).

Ia wafat di kota itu pada tahun 801 M/185 H dalam usia 90 atau 86 tahun. Ia merupakan seorang sufi wanita yang termasyhur pada abad ke-8.

Baca Juga: Mbah Hasyim Asy’ari Muda Menggendong Nabi Khidlir

Ia diberi nama Rabi'ah karena merupakan putri keempat dari 3 putri lainnya dalam sebuah keluarga. Ia berasal dari sebuah keluarga yang miskin.

Bahkan pada waktu Rabi'ah dilahirkan, rumah tangga orang tuanya tengah mengalami krisis ekonomi, sehingga minyak untuk lampu penerangan guna keperluan kelahiranpun tidak dimiliki.

Kemiskinan yang sangat berkepanjangan itu menjadikan Rabi'ah berpindah status menjadi seorang hamba sahaya.

Baca Juga: Prediksi Race MotoGP Austria 2022: Enea Bastianini atau Fabio Quartararo yang Juara?

Dalam sebuah catatan sejarah, status Rabi'ah menjadi seorang hamba sahaya itu bermula dari terjadinya kelaparan di Basra, dimana ia dilarikan oleh penjahat dan dijual kepada suatu keluarga dengan harga 6 Dirham.

Di dalam keluarga itulah Rabi'ah harus bekerja keras, akan tetapi berkat kesalehannya dan ketekunannya dalam beribadat atau bermunajat kepada Allah, serta munculnya keadaan ajaib di sekita dirinya, keluarga yang menyaksikan keadaan tersebut merasa terpanggil untuk membebaskannya.

Setelah Rabi'ah bebas, ia memusatkan perhatian pada kegiatan beribadat. Tidak begitu jelas dari siapa ia menimba pengetahuan keislamannya.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Race MotoGP Austria 2022

Pada awalnya Rabi'ah tinggal disuatu dusun, kemudian ia tinggal di kota Basra dan menghabiskan sebagian besar usianya dikota ini.

Di kota Basra, Rabi'ah mempunyai sebuah majlis yang banyak dikunjungi murid-muridnya. Majelis tersebut juga sering dikunjungi oleh zahid-zahid yang lain untuk keperluan tukar pikiran dengannya.

Diantaranya yang pernah berkunjung ialah: Malik bin Dinar, Sufyan Ats-Tsauri dan Syaqiq Al-Balkhi.

Baca Juga: Catatkan Assist, Egy Sukses Bantu FC ViOn Zlaté Moravce Amankan Poin saat Melawan MFK Ružomberok

Rabi'ah terkenal sebagai seorang yang zahid (tidak tertarik pada harta dan kesenangan duniawi) dan tak pernah mau meminta tolong kepada orang lain.

Ketika ia ditanya perihal sikapnya itu, ia pun menjawab: "Saya malu meminta sesuatu pada Dia yang memilikinya, apalagi pada orang-orang yang bukan menjadi pemilik sesuatu itu, Sesungguhnya Allah lah yang memberi rizki kepada orang kaya, tidak memberi rizki kepada orang miskin? Sekiranya Dia menghendaki seperti itu, maka kita harus menyadari posisi kita sebagai hamba-Nya dan haruslah kita menerimanya dengan hati ridha (senang)".

Berbeda dengan para zahid yang mendahului ataupun sezaman dengannya, Rabi'ah menjalankan tasawuf itu bukanlah karena dikuasai perasaan takut kepada Allah atau takut kepada Neraka-Nya.

Baca Juga: Bikin Ambyar Istana Negara, Farel Penyanyi Cilik Dapat Sepeda dari Presiden Jokowi

Hatinya ternyata penuh perasaan cinta dan asyik dengan Allah, sebagai kekasihnya. Hanya Allah lah yang ada dihatinya, itulah mengapa ia menolak untuk menikah, meskipun ia adalah seorang wanita yang cantik dan banyak kaum lelaki yang menaruh hati padanya.

Ia tiada mengenal selain Allah. Oleh karena itu ia terus menerus mencintai Allah semata, serta terus berfana dalam semua aktivitasnya hanya untuk Allah. Rabi'ah benar-benar telah menciptakan corak baru dalam kecintaan sufi.

Kecintaan Rabi'ah kepada Allah telah melewati semua cita-cita dan batasan. Ia sudah tidak memikirkan lagi surga atau neraka.

Baca Juga: Kisah Mbah Kholil Bangkalan dan Pengemis Gembel

Ia sudah tidak memperdulikan lagi pahala atau siksa. Ia hanya menuju dan menginginkan zat Allah semata.

Berikut adalah penuturannya: "Wahai Tuhanku, jadikanlah neraka-neraka itu untuk musuh-musuh-Mu, dan surga untuk para kekasih-Mu! Sedangkan untukku, cukuplah hanya mendapatkan-Mu semata!".

Rabi'ah benar-benar patut diberikan pujian dalam hal meletakan kaedah cinta dan sedih di dalam dasar-dasar tasawuf.

Baca Juga: 6 Nasihat Mbah MAIMOEN ZUBAIR

Ia tela meresapkan jiwanya yang manis dan syairnya yang abadi lagi halus ke dalam segi-segi sastra sufinya.

Berikut merupakan lantunan syairnya dalam menggambarkan kecintaannya yang mendalam kepada Allah SWT:

"Kekasihku tiada yang menyamainya kekasih lain biar bagaimanapun

Tiada selain Dia di dalam hatiku mempunyai tempat manapun

Baca Juga: Genap 2 Tahun, Portal Majalengka Syukuran Bersama Puluhan Anak Yatim

Kekasihku ghaib dari penglihatanku dan pribadiku sekalipun

Akan tetapi Dia tak pernah ghaib di dalam hatiku walau sedetikpun.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku 125 Ilmuan Muslim Pengukir Sejarah

Tags

Terkini

Terpopuler