Jalaluddin Rumi, Sufi Sekaligus Penyair yang Tersohor

20 Agustus 2022, 09:15 WIB
Jalaluddin Rumi /Instagram Kata Sufi

PORTAL MAJALENGKA - Jalaluddin Rumi merupakan sosok penyair sufi yang terbesar yang pernah ada di dunia. Lahir di Balkh pada tahun 1207 M.

Ia berasal dari keluarga ulama besar keturunan khalifah Islam pertama. Kakeknya bernama Husain Al-Balkh merupakan seorang sarjana kebatinan yang sangat dihormati, sehingga Sultan Muhammad Khawarizm Shah menikahkan anak perempuannya dengannya.

Sedangkan ayahnya, Syekh Bahauddin Al-Balkhi diakui sebagai seorang yang ahli ilmu pengetahuan terbesar di zamannya di dunia Islam. Dengan demikian, penguasa Khawarizm adalah kakek Jalaluddin Rumi dari pihak Ibu.

Baca Juga: Inilah Sosok Masa Kecil Gus Dur Bandel Tapi Sangat Jenius

Rumi mendapatkan pendidikan pertamanya dari ayahandanya sendiri. Diantara para murid ayahnya, terdapat seorang sarjana yang terkenal, Sayid Burhanuddin Muhaqqiq.

Rumi dipercayakan oleh ayahnya kepada sarjana ini. Setelah ayahandanya wafat, Rumi yang usianya menginjak 25 tahun pergi ke Damaskus dan Aleppo, dua pusat ilmu pengetahuan, untuk mendapat pendidikan yang lebih tinggi pada masa itu.

Rumi meninggalkan dua buah karya kenang-kenangan yang abadi, yaitu; Diwan (yang terdiri dari 46.000 bait), ini merupakan kumpulan kasidah yang terpisah antara satu dengan yang lainnya.

Baca Juga: KIAI SEJUTA UMAT, KH Ahmad Bahauddin Nursalim: 'Hati-hati Pergi ke Masjid, Allah Bisa Murka'

Setiap kasidah mempunyai wazn _aariyah dan topik tersendiri. Semuanya bersumber dari imajinasinya yang spontan, begitupula pembuatan lafalnya. Yang kemudian ia masukan dalam syair-syair.

Dan karya yang kedua yaitu Al-Matsnawi (yang terdiri dari 25.700 bait). Meruoakan satu Manzhumah yang diatur dalam satu wazn, dharb, dan qafiyah-nya. Dalam bahasa Arab dinamakan dengan istilah Al-Muzdawij.

Penulisan "Al-Matsnawi" sendiri menghabiskan waktu 13 tahun. Di dalamnya terhimpun bercampur kisah-kisah kepahlawanan, kisah-kisah yang lain dan perenungan filsafat yanh dimaksudkan sebagai usaha menggambarkan sosok sufisme dan penafsirannya.

Baca Juga: Kewalian Sunan Gunung Jati Mampu Menghipnotis Prabu Siliwangi dan Membuat Penduduk Istana Terkejut

Pada zaman "Sang Penyair" adalah zaman yang paling pahit dalam sejarah manusia, dimana pada masa itu adalah abad yang menjadi saksi penyerangan tentara Moghul menghancurkan dunia Islam.

Meskipun Rumi hidup dekat dengan panggung sejarah itu, ia mampu menghasilkan karya sastra yang sangat baik.

Filsafat "Al-Matsnawi" terdiri atas ajaran-ajaran sufi yang diungkapkannya dengan bahasa yang membangkitkan jiwa.

Baca Juga: SUMPAH SERAPAH Kakek Tua Terhadap Abu Nawas

Tasawuf bukan tasawuf negatif yang meninggalkan kehidupan dan segala isinya; menganjurkan penghindaran diri atas dunia dan menggolongkannya sebagai kejelekan.

Tasawufnya merupakan gabungan antara filsafat dan hikmah praktis, tasawuf konstruktif yang unsur-unsurnya bersumber dari manusia serta pendalaman problem-problem ruhani dan problem praktis.

Ia tasawuf yang peringkat tertingginya adalah penggabungan antara pemikiran dan amal.

Rumi langsung menuliskan matsnawinya setiap kalo ia mendapatkan ilham, dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berjalan; baik sedang berada di kamar mandi atau di tempat tidurnya, pada waktu siang ataupun malam.

Baca Juga: Kisah Abah Guru Sekumpul Saksikan Kealiman Wanita yang Dianggap Gila

Selain matsnawinya yang begitu abadi, Rumi juga meninggalkan wasiat sebuah karya lain, yaitu sebuah manuskrip yang tidak begitu dikenal namun memiliki kekuatan yang luat biasa.

Manuskrip itu sebenarnya adalah merupakan kumpulan pelajaran yang diberikannya kepada murid-muridnya saat pertemuan, yang kemudian diberi judul "Fihi Ma Fihi".

Buku tersebut merupakan rekaman diskusi-diskusi spiritual yang seringkali mengikuti alunan musik dan tarian, pendeklamasian puisibdan frase yang suci untuk menghidupkan dan membawa pembahasan spritual kepada berbagai varian manusia.

Baca Juga: Inilah Keramat GUS MAKSUM, sang Pendekar Sakti Mandraguna

Jadi buku ini sangat relevan tidak hanya untuk zamannya, melainkan juga untuk masa kini. Inilah sebabnya, buku "Fihi Ma Fihi" ini merupakan warisan tercecer Rumi yang sangat berharga untuk masyarakat modern.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku 125 Ilmuan Muslim Pengukir Sejarah

Tags

Terkini

Terpopuler