PORTAL MAJALENGKA - Presiden keempat Republik Indonesia yakni Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur memang dikenal sangat toleran.
Gus Dur bahkan dipuji oleh banyak orang karena sikap toleransi dan semangatnya memperjuangkan pluralisme.
Namun sikapnya ini juga membuat Gus Dur sempat mendapatkan banyak cacian dan hinaan dari sebagian kelompok yang berbeda paham.
Baca Juga: Gus Dur Bikin Seorang Wali yang Menyamar Jadi Pemulung Hampir Pingsan: Ya Allah Cabut Saja!
Gus Dur pernah dicap sebagai kiai liberal sekuler, dan dianggap sebagai antek Israel. Hal tersebut karena Gus Dur dikenal mempunyai hubungan spesial atau kedekatan dengan kaum Yahudi Israel.
Sejarah mencatat, awal keterkaitan Gus Dur dengan bangsa Yahudi bukan pada saat ia sedang menjadi presiden, tetapi jauh sebelum itu.
Semasa mengenyam pendidikan di luar negeri, Gus Dur telah dibuat terpikat oleh seorang Yahudi.
Baca Juga: Gemar Membaca Buku Berat dan Barat, Gus Dur Pernah Menangis di Depan Kitab Ini
Terpikatnya Gus Dur dengan seorang Yahudi tersebut seperti apa yang diceritkan oleh Mahfudz Ridwan yang merupakan sahabat Gus Dur.
Ia pernah menuturkan, pada saat masih kuliah di Baghdad Irak, Gus Dur mempunyai teman dari kalangan Yahudi yang bernama Ramin.
Kawannya ini merupakan jurnalis yang mencari penghasilan tambahan dengan bekerja di toko pakaian sebagai penerjemah.
Baca Juga: Benarkah Telur Bisa Menjadi Penangkal Santet? Simak Penjelasan Praktisi Kejawen Dewi Sundari
Keduanya diketahui bekerja di toko itu dan hal tersebut membuat mereka berteman dengan akrab.
Melalui kawannya ini, Gus Dur mempelajari garis politik, budaya, dan ekonomi Yahudi. Terlebih semakin membuat ia penasaran dengan cara Yahudi yang dapat mempengaruhi elit Amerika Serikat.
Hal itu membuat Gus Dur terpikat dan melihat Yahudi Israel sebagai kekuatan besar yang perlu dipertimbangkan.
Hubungan mesra dengan Yahudi bukan hanya pada saat kuliah saja. Gus Dur diketahui mulai dekat dengan Yahudi Israel saat diundang oleh pemerintah negara Zionis tersebut.
Pada tahun 1994, Gus Dur dan sejumlah rekannya diundang oleh Perdana Menteri Israel, yakni Yitzhak Rabin.
Pertemuan tersebut untuk menyaksikan penandatanganan perjanjian damai antara Israel dan Yordania.
Baca Juga: 7 Tanda Orang Terkena Santet, Sihir dan Guna-guna: Ini Kata Praktisi Kejawen Dewi Sundari
Djohan Effendi pernah menuliskan bahwa pada saat berkunjung ke Israel, Gus Dur juga bertemu dengan beberapa warga di sana.
Sejumlah masyarakat tersebut terdiri dari kalangan orang Yahudi, orang Arab muslim maupun Kristen.
Diketahui bahwa Indonesia dan Israel telah membuka komunikasi informal jauh sebelum Gus Dur berkunjung ke Israel.
Hal tersebut melalui kunjungan tidak resmi Yitzhak Rabin ke kediaman pribadi Presiden Republik Indonesia kedua di Jalan Cendana Jakarta pada bulan Oktober 1992.
Kunjungan tersebut bermaksud meminta jasa baik dari pemerintah Indonesia sebagai pemimpin gerakan non-blok untuk menjembatani konflik Palestina dengan Israel.
Gus Dur memang sempat berinteraksi dengan berbagai kalangan Israel. Pertemuan inilah yang membuat Gus Dur merasakan hasrat perdamaian dari warga Israel tersebut.
Baca Juga: Berikut Link Pengumuman PPDB Jabar 2022 Tahap 1, Hari Ini Diumumkan
Interaksi Gus Dur dengan beberapa kalangan di Israel membuatnya merasakan hasrat perdamaian dari mereka.
Bahkan mereka mengatakan kepada Gus Dur bahwa hanya mereka yang berada pada suasana perang yang dapat merasakan makna kata damai.
Setelah mendengarkan curahan hati rakyat Israel tersebut, Gus Dur tersentuh dan tergerak hati nuraninya untuk mewujudkan perdamaian antara Israel dan Palestina dengan jujur dan adil.
Bukan hanya sekadar berkomunikasi dengan pemerintah dan warga Israel saja, Gus Dur diketahui ingin membuka pintu selebar-lebarnya untuk hubungan diplomasi dengan Israel.
Gus Dur pernah mengusulkan ingin membuka hubungan diplomasi dengan Israel. Alasan dari usulan ini karena ia menganggap Indonesia mempunyai modal sebagai negara dengan muslim terbesar dan berpotensi suaranya akan didengar.
Hal tersebut diungkap oleh Ansyaad Mbai mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT.
Baca Juga: ALAS LEBAK SUNGSANG dan Siluman Ular Raksasa, Kisah Nyimas Kawunganten Istri Sunan Gunung Jati
Ansyaad juga menjelaskan kondisi masyarakat di era pemerintahan Gus Dur yang pada saat itu terpengaruh oleh banyak paham radikal menghalau keinginan sang presiden.
Selain itu, masalah perbedaan agama yang dianut masyarakat Indonesia dengan Israel membuat keinginan Gus Dur sulit tercapai.
Jika Indonesia ingin berperan membantu proses perdamaian antara Palestina dengan Israel, tidaklah mungkin tanpa mempunyai hubungan diplomasi dengan kedua pihak yang berkonflik.
Latar belakang tersebutlah yang menjadi alasan Gus Dur mengenai keinginannya untuk membuka hubungan diplomasi dengan Israel.
Hal itu seperti yang dikatakan Djohan Efendi mantan Menteri Sekretaris Negara. Bahkan bukan hanya membuka hubungan diplomasi kemajuan bangsa Yahudi, juga membuat Gus Dur ingin mengirim banyak sarjana untuk belajar di Israel.
Beberapa hal yang perlu dipelajari Indonesia seperti tata pemerintahan, politik, ekonomi, dan pertanian Yahudi yang lebih maju dibandingkan negeri Indonesia.
Baca Juga: MISTERI Tanjakan Jahim di Jalur Angker Majalengka-Ciamis, Ada Ular Besar Penghuni Hutan
Berbeda dengan pemimpin negara mayoritas Islam yang lain, Gus Dur justru tidak segan menunjukkan kedekatan dengan Israel.
Oleh sebab itu, tindakan tersebut membuat Gus Dur pernah dijegal oleh sejumlah kalangan dari negerinya sendiri.
Gus Dur dengan bangsa Israel dapat dikatakan mengundang kontroversi dan juga ia dianggap sebagai antek Yahudi.
Baca Juga: LUIZINHO PASSOS, Sosok di Belakang Layar Persib Bandung yang Membuat Pangeran Biru Begitu Kuat
Sebagai pemikir yang istimewa dan orisinil, keterlibatan Gus Dur dengan paham Yahudi menyebabkan ia bereaksi kritis pada gagasan simplistic dan prasangka tentang Israel.
Selama 30 tahun, ia telah menentang paham antisemit dan pengetahuan awam tentang Israel dan yudaisme.
Tidak heran bila Gus Dur mendapatkan kritik sebagai Pro zionis oleh Amien Rais yang menjabat sebagai pemimpin Muhammadiyah waktu itu.
Selain itu, ia juga memperoleh ungkapan negatif dari Menteri Luar Negeri Ali Alatas pada saat itu.
Ansyaad sebagai mantan kepala BNPT juga menerangkan bahwa hubungan Gus Dur dengan Israel memberi tentangan dari sebagian masyarakat Indonesia.
Hal itu terpengaruh dari provokasi yang terinspirasi dari beberapa paham radikal yang menganggap Israel sebagai kafir.
Keakraban dan toleransi Gus Dur dengan bangsa Yahudi semakin kental serta transparan pada saat ia diketahui memimpin pertemuan Holocaust di Bali.
Dengan pengamanan yang ketat, sebuah konferensi para pemimpin agama diselenggarakan di Bali. Konferensi dibuat untuk meluruskan fakta mengenai Holocaust atau pembantaian bangsa Yahudi selama perang dunia 2.
Hal yang menarik perhatian ialah konferensi tertutup tersebut dipimpin oleh mantan presiden Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Baca Juga: HAPPY ENDING, Kesetiaan Panglima Perang Sunan Gunung Jati Mengalahkan Rasa Cinta yang Bergelora
Selain itu, konferensi juga dipenuhi oleh sejumlah ulama, Rabi, saksi-saksi Holocaust, wakil spiritual Hindu, Budha dan Katolik.
Pertemuan ini sebagai tandingan dari penyangkalan yang dilakukan oleh Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad.
Gus Dur yang pernah bertamu di Museum Holocaust di Auschwitz mengungkapkan bahwa walaupun Presiden Iran ini merupakan kawan baiknya, tetapi untuk persoalan sebut ia keliru.
Baca Juga: COKRO JOYO Keramat Sakti yang Luar Biasa, Kisah Dakwah Sunan Gunung Jati dan Walisongo
Wacana hubungan yang erat dan dukungan mantan Presiden Republik Indonesia itu pada bangsa Yahudi semakin menguat ketika dirinya mendapatkan penghargaan dari bangsa Yahudi.
Gus Dur memperoleh penghargaan dari Simon Wiesenthal Center. Pemberi penghargaan itu merupakan sebuah LSM terkenal di Amerika Serikat yang melindungi bangsa Yahudi Internasional.
Lembaga yang dibentuk pada tahun 1977 oleh Simon Wiesenthal ini merupakan pemburu penjahat perang Nazi dan pembuat dokumen kekejaman Nazi atas kaum Yahudi.
Baca Juga: Sejarah Sriwijaya Bangun Armada Laut Terkuat di Nusantara dan Ditakuti Lawan
Lembaga tersebut juga mempunyai kedekatan yang erat dengan Israel untuk membela bangsa Yahudi.
Bahkan mereka mengklaim mempunyai 400 ribu kader di Amerika Serikat dan mempunyai program yang mengajarkan toleransi serta anti pada kekerasan SARA.
Itulah seputar fakta mengenai hubungan Gus Dur dengan bangsa Yahudi Israel yang tidak banyak orang ketahui.***