Sosok Ibnu Al-Khatib, Dokter Muslim Pemecah Masalah Wabah 'BLACK FEVER' Eropa

24 Maret 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi wabah black death/Sumber: Britannica /

PORTAL MAJALENGKA - Ia memiliki nama lengkap Muhammad bin Utsman Ibnu Al-Khatib, ia lahir pada tahun 713 H di Andalusia.

Merupaka seorang dokter sejarah, politikus, pengarang, dan penyair. Karangannya banyak sekali tentang sejarah-sejarah yang sangat bagus dan memberi pemecahan terhadap fenomena sejarah Spanyol dan Maroko, selain itu ia juga mengarang buku-buku catatan perjalanan dan makalah-makalah sastra.

Ia dikenal memiliki gaya bahasa yang bagus dan pembaharuannya dalam bidang bahasa.

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmi Bolehkan Masyarakat Mudik Lebaran, Ini Syaratnya

Karya terpentingnya dalam bidang kedokteran ialah tentang penyakit sampar. Buku ini memiliki keunggulan dan keberanian dalam memberikan argunentasi yang memuaskan sebagai pembelaan atas pemikiran yang berlawanan dengannya.

Dahulu, orang menganggap penyakit sampar adalah salah satu "perbuatan" Allah SWT, Ibnu Al-Khatib berani mengemukakan itu, padahal ia adalah seorang Muslim, ini jelas merupakan suatu pendapat yang berlawanan dengan kaum muslim walaupun pendapat mereka disertai dengan hadits sekalipun.

Ibnu Al-Khatib telah memberi bukti kebebasan berpendapat, keberanian lainnya ialah ia menulis risalah kedokteran yang berjudul "Amal man Thabba Liman Habba", dimana di dalam risalah itu ia menggugurkan berbagai persoalan khilafiyah sampai batas jauh misalnya, tindakan Ibn al-Khatib pada saat umat menghadapi bahaya.

Baca Juga: Kabar Bahagia! Ria Ricis Umumkan Kabar Positif Hamil Anak Pertamanya

Keputusannya untuk memberi obat penguat ingatan sebab-sebab sosial, bahkan menggunakan khamer untuk tujuan kedokteran.

Nama Al-Khatib sendiri mulai terangkat ketika tengah terjadinya suatu peristiwa Demam Hitam "black fever" di Eropa yang merenggut ribuan nyawa.

Setelah ditelusuri oleh Al-Khatib, ia mendapat kesimpulan bahwa mereka yang menjadi korban wabah hitam adalah orang-orang yang pada tubuhnya dipenuhi daki, yang disebabkan karena mereka tidak pernah memakai sabun ketika mandi.

Baca Juga: Begini Teknik Pawang Hujan Rara Pindahkan Hujan saat Gelaran MotoGP 2022 Mandalika

Kemudian solusi dari para tabib Muslim pun menyebarkan pembersih tubuh (sabun) yang pada masa itu belum dikenal di Eropa. Orang Eropa menyebutnya "soap" yang berakar dari kata bahasa Arab "suf" artinya pembersih.

Ibnu Al-khatib juga termasuk penulis dan penyair Andalusia, hal itu dicerminkan dari ide-idenya, gagasannya dalam mengelolah wawasan dan percobaan yang ia lakukan. Adapun karya-karya Ibnu Al-Khatib beragam dalam berbagai bidang.

Diantaranya bidang politik, sejarah, geografi, tasawuf, syair, filsafat. Akan tetapi karyanya yang paling utama adalah tentang sejarah Granada, judulnya "Al-Ihathah fi Akhbar Gharnathah", ini berisi sebuah ensiklopedi riwayat hidup para ilmuan Muslim Andalusia secara umum.

Baca Juga: Jelang Persib vs Persik: Nick Kuipers Dapat Pelatihan Ekstra, Kondisi Teja Paku Alam dan Beckham Putra Terkini

Dan buku ini menjadi rujukan Islam paling penting dalam kerajaan Granada dalam sejarah tokohnya serta tentang sastra dan peradabannya.

Ibnu Al-Khatib merupakan ilmuan yang sangat berani mengeluarkan pendapat-pendapatnya yang fenomenal, dan untuk itu juga ia membayarnya dengan dituduh Zindik, dipenjara, kemudian pada malam harinya penjara itu diserang oleh kelompok pembunuh yang disewa oleh Sulaiman bin Dawud, seorang wakil Wazir yang iri hati kepadanya. Ibnu Al-Khatib wafat pada tahun 776 H di Andalusia.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku 125 Ilmuan Muslim Pengukir Sejarah

Tags

Terkini

Terpopuler