Hati-Hati! Pendukung Fanatik Capres-Cawapres Mudah Terkena Depresi, Ini Kata Ahli Psikologi

- 2 Februari 2024, 20:25 WIB
Ilustrasi depresi. Hati-Hati! Pendukung Fanatik Capres-Cawapres Mudah Terkena Depresi, Ini Kata Ahli Psikologi
Ilustrasi depresi. Hati-Hati! Pendukung Fanatik Capres-Cawapres Mudah Terkena Depresi, Ini Kata Ahli Psikologi /PexelsNathan Cowley/

PORTAL MAJALENGKA - Mendekati Pemilu 2024, banyak fenomena "election stress disorder" atau gangguan stres akibat politik dan pemilu. Ahli psikologi dan kejiwaan memerhatikan risiko kesehatan mental yang dialami para pendukung fanatik capres-cawapres.

Dalam beberapa penelitian, termasuk yang dilakukan Cambridge University Press dan American Psychological Association (APA), mengungkapkan bahwa pemilu, khususnya pilpres, dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental sebagian masyarakat yang fanatik.

Fenomena Diagnosis Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang berkaitan dengan pemilu tercatat pada sekitar 12,5% orang Amerika setelah pilpres AS 2020.

Baca Juga: Saat Kampanye Pilpres 2024 di Tegal, Gibran Janjikan Hapus Kartu Tani dan Selesaikan Masalah Nelayan

Hal yang serupa terjadi di Indonesia. Hal itu terlihat melalui respons emosional yang intens di media sosial dan tekanan dari lingkungan sekitar. Pendukung fanatik capres-cawapres akan mudah stres dan cemas, terutama ketika figur pilihannya mendapat kritik atau serangan dari paslon lain.

Dokter spesialis kedokteran jiwa di RS Jiwa Daerah Abepura, Manoe Bernd Paul, menegaskan bahwa berita pemilu, komentar di media sosial, dan diskusi langsung dapat memengaruhi psikis seseorang. Komentar emosional dan berlebihan di media sosial, terutama dari pendukung fanatik, dapat meningkatkan tekanan psikologis.

"Gejalanya mulai dari kecemasan, preokupasi terkait tema-tema pemilu, gangguan pola tidur, pola makan, sampai mempengaruhi fisiknya, seperti sakit kepala, sakit-sakit bagian tubuh lainnya hingga mengganggu relasi keluarga, teman, pekerjaan, sekolah dan aktivitas sehari-hari,“ jelas Bernd Manoe dikutip dari Pikiran Rakyat pada Jumat, 2 Februari 2024.

Baca Juga: BURUAN! Dapatkan Kartu Fisik DANA, Bisa Transfer Gratis dan Dapatkan Pinjam Modal Usaha

Dokter Bernd Manoe juga menyoroti risiko kesehatan mental yang lebih tinggi bagi pemilih yang sudah menentukan pilihan dan bersifat fanatik. Biasanya pendukung fanatik tersebut mudah mengkultuskan calon pilihannya dan bahkan hingga pada tingkat menjadikannya semacam "orang suci."

Hal itu tersebut juga yang membuka peluang masalah kejiwaan yang bisa menyerang pendukung fanatik.

"Para pendukung fanatik itu bisa rentan terkena depresi, tertekan kalau misalkan orang yang dia dukung kalah, kemudian menerima hujatan, terlebih menerima hujatan di media sosial dan dia tidak siap dengan itu.“ katanya.

Baca Juga: Banjir di Jambi Rendam 14 Ribu Rumah, 2 Jembatan Benton Ambruk 1 Jembatan Gantung Putus

Menurutnya, pendukung fanatik ini yang bisa membuat situasi menjadi rusuh dan semakin tidak karuan. Sehingga ada potensi konflik dan ketegangan yang dapat muncul dari pendukung .

"Sebenarnya yang menjadi semerawut itu kan bukan tentang si pasangan calonnya masing-masing, tetapi si pendukung-pendukung fanatik ini yang bikin rusuh sebenarnya,“ jelas Ignatia.

Ahli psikologi dan kejiwaan memperingatkan bahwa perlu adanya pemahaman dan dukungan terhadap kesehatan mental masyarakat selama periode pemilu.***

Artikel ini telah tayang di Pikiran Rakyat dengan judul: Pendukung Fanatik Capres Cawapres Rentan Kena Depresi, Begini Kata Psikolog

Editor: Husain Ali

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x