Setelah kewafatan ibundanya, Dewi Rara Santang memilih keluar Istana menyusul kakaknya Pangeran Walangsungsang (Cakrabuana) mengembara dari tempat satu ke tempat lainnya untuk belajar agama Islam.
Sementara dalam versi lain, sebagaimana yang dikisahkan naskah Mertasinga keluarnya Walangsungsang dan Rara Santang dari Istana karena keduanya sakit hati, mengingat ibunya diasingkan ke Banten hanya karena mengamalkan ajaran Islam di Istana Pajajaran, menurut versi ini di Istana Pajajaran tidak boleh mengamalkan ajaran Islam.
Pada sekitar tahun 1443 M beliau kemudian menjalankan ibadah haji bersama kakanya ke tanah suci, di tempat itu Rara Santang bertemu dengan jodohnya.
Disana beliau dinikahi oleh penguasa Mesir yang dalam catatan naskahnaskah babad bernama Sultan Hud. Setelah menikah Rara Santang diubah namanya menjadi Syarifah Mudai’m.
Pernikahaan Dewi Rara Santang dengan Sultan Hud dikarunia dua anak laki-laki, anak pertama diberi nama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang belakangan menjadi Raja di Cirebon sementara anak keduanya diberi nama Syarif Nurullah.
Mengutip dari apa yang tertulis di Kitab Purwaka Caruban Nagari yang mana dituliskan dengan aksara Jawa dan dicampur dengan bahasa Kawi Cirebon,
Setelah itu, mereka berdua menuntut ilmu kepada Syekh Nurjati Cirebon dan kemudian diperintahkan untuk menunaikan Haji ke Makkah.
Baca Juga: Keberadaan Orang Seperti Ini di Rumah Menjadi Sumber Keberkahan, Buya Yahya: Dia Seperti Magnet
Kemudian saat menuntut ilmu dan pergi haji tersebut, sang Sultan Abdullah melamar Ratu Mas Rarasantang untuk dipersunting.