Lonjakan Covid-19 di Musim Liburan Butuh Solusi Mendasar

- 16 November 2020, 09:55 WIB
Ilustrasi Covid-19. /
Ilustrasi Covid-19. / /Pixabay/Eduardo RS /

Oleh : Yuyun Suminah (Aktivis Muslimah Karawang)

Pandemi covid-19 hampir satu tahun melanda dunia tak terkecuali Jawa Barat, masyarakat berada di titik jenuh ditengah kondisi sekarang yang entah kapan berakhirnya.

Semenjak diberlakukan new normal masyarakat menjadi lebih terbiasa beraktifitas di luar rumah, ditambah lagi telah dibukanya kembali tempat-tempat wisata, pusat perbelanjaan, pusat kuliner dan keramaian lainnya, tak disangka itu semua menjadi pemicu melonjaknya kasus Covid-19 ini.

Lonjakan tersebut bukan tanpa sebab semenjak kebijakan new normal diterapkan masyarakat mulai mencari hiburan agar pikiran fres dengan mengunjungi tempat-tempat wisata.

Baca Juga: Depresi Usai Dirawat Berhari-hari, Pasien Loncat dari Lantai 6 Rumah Sakit

Libur akhir pekan atau cuti bersama menjadi moment untuk melepas kepenatan. Masyarakat berani melakukan hal tersebut karena tempat-tempat wisata sudah dibuka kembali atas izin pemerintah.

Pemerintah pun dibuat kelimpungan sendiri atas kebijakan tersebut, alih-alih ingin menekannya agar menurun tapi justru malah melonjak pesat.

Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Daerah Provinsi Jabar Ridwan Kamil mengatakan, dari hasil rapid test yang dilakukan secara acak dari wisatawan yang datang ke Jawa Barat, 100 orang di antaranya reaktif rapid test. (Pikiran Rakyat, 31/10/2020).

Baca Juga: Menhub Budi Karya: Presiden RI Joko Widodo Menginginkan di Kota-kota Besar Harus Ada Angkutan Massal

Himbauan agar masyarakat tetap berlibur di rumah saja hanya dianggap "angin lalu" gelombang liburan tidak bisa dibendung walaupun bahaya pandemi masih mengancam di tengah masyarakat.

Dengan dibukanya tempat-tempat wisata membuktikan bahwa pemerintah lebih memprioritaskan ekonomi daripada keselamatan warganya.

Seharusnya pemerintah bersikap tegas untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid dengan menutup tempat-tempat keramaian diantaranya tempat wisata.

Baca Juga: Wow! Lidi Indonesia Tembus pasar Ekspor India Hingga 50 Ton

Resikonya besar ketika membuka tempat wisata masih dalam kondisi pandemi, akan menjadi klaster baru penyebaran virus.

Apalagi pengelola wisata tidak bisa menjamin adanya pengamanan khusus terkait protokol kesehatan disaat pengunjung membludak.

Maka pemerintah seharusnya memastikan bahwa virus sudah tidak ada ketika tempat wisata akan dibuka kembali kalau tidak dipertimbangkan maka nyawa rakyat jadi taruhannya.

Baca Juga: Sebanyak 15 Negara Asia-Pasifik Membentuk Blok Perdagangan Bebas Terbesar di Dunia (RCEP)

Penanganan yang bertumpu kepada sistem ekonomi kapitalis lagi-lagi yang diprioritaskan selalu materi.

Ini membuktikan kebijakan yang dibuat dalam sistem kapitalis tak mampu mengatasi kasus Covid-19 dengan tuntas.

Pemerintah lebih takut ekonominya mandek maka solusi yang diambil dengan cara membuka tempat wisata. Dengan membuka tempat wisata negara akan mendapatkan pemasukan.

Baca Juga: Kiai Buntet Cirebon Sarankan PA 212 Tunda Reuni

Dalam Islam solusi mendasar adalah aturan yang lahir dari Sang Pencipta. Sejarah telah mencatat yang sudah dicontohkan oleh kepemimpinan Umar Bin Khatab yang saat itu menutup daerah yang terjangkiti suatu virus, yang terpapar diisolasi dan diobati sedangkan daerah yang aman dari virus dijaga agar tidak terpapar dan tetap bisa produktif dan mengupayakan pemenuhan semua kebutuhan logistik rakyat.

Islam memandang berwisata adalah sarana untuk mendekatkan diri pada Rabnya. Liburan sekaligus sarana membangun keakraban keluarga. Tentunya dengan tetap berlandaskan hukum syara.

Adapun jika situasi pandemi seperti saat ini, negara di dalam sistem Islam akan lebih mengutamakan rakyat, terpenuhi kebutuhan primer dan sekundernya. Mengingat berwisata termasuk kebutuhan tersier, maka tidak terlalu diprioritaskan.

Baca Juga: Direkur Eksekutif Lemkapi : Pemerintah Abai Melindungi Masyarakat

Hal ini dikarenakan tugas seorang pemimpin dalam Islam jelas, yaitu mengurusi urusan rakyat.

Itulah solusi mendasar yang bisa memutus mata rantai virus. Ini semua hanya bisa dilakukan oleh negara karena kewajiban negara berada di garda terdepan dalam menghadapi situasi apapun termasuk kondisi pandemi ini. Wallahu a'lam bishshawab.***

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah