Baca Juga: Gubernur Jabar Imbau Penanganan Banjir Tetap Terapkan Protokol Kesehatan
Sedangkan Bank Dunia (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bercokol di minus 2,2 persen.
Jika kita tinjau definisi pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.
Maka pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto atau pendapatan output perkapita.
Baca Juga: Alami Pergerakan Tanah, Seratusan KK di Cianjur Terpaksa Mengungsi
Konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran dengan sumbangan lebih dari 50%.
Jadi jika konsumsi rumah tangga sangat sedikit, susah berharap ekonomi bisa tumbuh, yang ada malah kontraksi seperti pada kuartal II-2020. Dalam pertumbuhan ekonomi negara seharusnya, kontribusi dari konsumsi pun mencapai 58% dan investasi sekitar 30%.
Ketika negara terlalu fokus pada upaya meningkatkan aktivitas ekonomi tanpa menyelesaikan pandeminya terlebih dahulu, membuat situasi makin tak terkendali.
Baca Juga: Besok Menpora Rapat Bersama Polri dan PSSI, Bahas Kelanjutan Liga 1 dan 2
Wabah makin meluas, korban makin meningkat, bermunculan klaster baru penyebaran wabah. Situasi ini mematikan faktor produksi utama dalam ekonomi, yakni manusia.