Data peristiwa 10 November tersebut didapat dari penuturan pengawal Kyai Abbas yang bernama Abdul Wahid.
Kyai Abbas memimpin Perang 10 November dengan menggunakan bakiak yang dipegangnya sejak dari Cirebon.
Dalam kisah yang didapatkan dari Abdul Wahid, diketahui Kyai Abbas berangkat dari Cirebon beserta Kyai dan santri dengan menggunakan kereta api. Mereka singgah terlebih dahulu di kediaman Kyai Bisri di Rembang Jawa Tengah.
Di tempat itulah para Kyai dari berbagai daerah yang berjumlah sekitar 15 orang melakukan musyawarah, dilanjutkan dengan perjalanan menuju Surabaya dengan menggunakan mobil.
Meski semangat arek-arek Suroboyo untuk menyerang tentara sekutu saat itu sudah kuat, namun mereka ditahan oleh KH Hasyim Asy'ari yang meminta masyarakat menunggu kedatangan Kyai Abbas dari Pesantren Buntet Cirebon.
Selepas waktu berlalu kemudian Kyai Abbas datang dan akhirnya beliau ditunjuk menjadi komandan Perang 10 November saat itu.
Saat peperangan berkecamuk diriwayatkan oleh pengawalnya, bahwa kyai Abbas berdoa khusyuk dan atas izin Allah ribuan alu milik masyarakat berterbangan dan menghantam pasukan penjajah.
Butiran-butiran tasbih dilemparkan oleh Kyai Abbas dan mampu menghancurkan sejumlah pesawat terbang yang menjadi andalan utama tentara sekutu.