PORTAL MAJALENGKA - Ajaran yang disampaikan Syekh Siti Jenar kepada masyarakat membuat Sunan Gunung Jati marah besar.
Syekh Siti Jenar yang ajarkan ajaran Manunggaling Kawula Gusti, ini dianggap bisa menyesatkan umat oleh Sunan Gunung Jati.
Sejatinya ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar adalah benar adanya, namun itu hanya bisa difahami dan dimengerti orang yang telah memiliki dasar agama yang kuat.
Baca Juga: MERINDING! Kewalian Gus Dur Pernah Dibongkar Penjual Durian
Namun akan sangat berbahaya jika diajarkan kepada masyarakat yang masih awam, karena bisa salah menafsirkannya.
Ulama-ulama Sufi yang menjadi rujukan Syekh Siti Jenar dalam menyampaikan dakwah Islam di tanah Jawa.
Hal inilah yang menjadikan Syekh Siti Jenar memiliki pandangan yang berbeda dengan Walisongo yang ada.
Baca Juga: Menelisik Fakta Kedekatan Gus Dur dengan Yahudi yang Tidak Banyak Orang Ketahui
Ilmu tasawuf merupakan ilmu yang berdiri tegak di atas fenomena pengetahuan intuitif yang bersumber dari kalbu.
Namun ilmu tasawuf ini oleh Syekh Siti Jenar digabungkan hingga sedemikian rupa dengan ilmu logika.
Sehingga, ajaran yang disampaikan Syekh Siti Jenar tidak lazim dalam pengajaran ilmu tasawuf.
Baca Juga: 7 Tanda Orang Terkena Santet, Sihir dan Guna-guna: Ini Kata Praktisi Kejawen Dewi Sundari
Ilmu Tasawuf sejatinya merupakan ilmu pengetahuan intuitif yang bersifat rahasia. Oleh Syekh Siti Jenar dirubah menjadi ilmu terbuka.
Syaikh Siti Jenar beranggapan bahwa pengetahuan makrifat yang bersifat irasional dirubah menjadi rasional.
Tokoh sufi Husein bin Mansyur al-Hallaj dan Ibnu Araby tampaknya sangat mempengaruhi ajaran Syaikh Siti Jenar.
Baca Juga: Benarkah Telur Bisa Menjadi Penangkal Santet? Simak Penjelasan Praktisi Kejawen Dewi Sundari
Al-Hallaj mengajarkan bahwa penciptaan alam semesta ini tidak lain dikarenakan Allah ingin menyaksikan diri-Nya di luar diri-Nya.
Hal ini mengambil dari satu dalil sebagaimana bunyi hadis Qudsi yang memiliki arti sebagai berikut,
“Aku adalah harta yang tersembunyi. Lalu Aku ingin dikenal maka Aku ciptakan
makhluk.”
Oleh karenanya, semua yang ada adalah Zat Allah semata, begitu pandangan yang diajarkan oleh Al-Hallaj.
Maka saat Allah mencipta alam semesta tidaklah dengan zat lain, melainkan dengan Zat-Nya sendiri. Dan apapun ciptaan Allah itu, Allah menyaksikan diri Allah itu sendiri.
Dengan pandangan ini, sebagaimana Ibnu Araby, Syaikh Siti Jenar meyakini bahwa di dalam semua ciptaan tersembunyi anasir Sang Pencipta.
Dimana Sang pencipta disebut zhahir, dan yang Haqq disebut bathin.
Khalq adalah wujud yang tergantung pada wujud mutlak Tuhan. Tanpa wujud mutlak Tuhan, tidak akan ada khalq yang maujud.
Itu berarti, yang memiliki wujud hakiki adalah Tuhan, sedangkan khalq (ciptaan) hanyalah bayangan maya dari Tuhan.
Baca Juga: Berikut Link Pengumuman PPDB Jabar 2022 Tahap 1, Hari Ini Diumumkan
Ajaran Syaikh Siti Jenar yang ada diajarkan olehnya dikenal dengan sebutan Ajaran Manunggaling Kawula Gusti.
Menanamkan suatu pemahaman bahwa semua makhluk di dunia pada hakikatnya sama di hadapan Tuhan, baik itu raja maupun penguasa.
Jika tidak mengetahui hakikat sejati kehidupan maka mereka akan jatuh ke dalam kekosongan ukhrawiah.
Tapi sebaliknya, meski orang itu hina, jika telah waskita atau memahami tunggalnya antara pencipta dengan yang diciptakannya, maka ia akan hidup abadi.
Itulah Ajaran Manunggaling Kawula Gusti yang dianggap berbahaya oleh Sunan Gunung Jati dan Walisongo lainnya.
Karena jika salah dalam menafsirkannya, bisa membuat umat akan tersesat, bahkan akan menganggap dirinya adalah wujud dari Allah SWT. Wallahu a'lam bishawab.***